- Pengertian
Kulit merupakan bagian tubuh yang paling luar yang
berguna melindungi diri dari trauma luar serta masuknya benda asing. Apabila
kulit terkena trauma, maka dapat menyebabkan luka/vulnus.
Vulnus/luka adalah keadaan dimana kontinuitas jaringan
rusak bisa akibat trauma, kimiawi, listrik radiasi ( Soerjarto Reksotradjo,
dkk, 1995;415 ).
Vulnus/luka adalah suatu keadaaan terputusnya
kontinuitas jaringan tubuh yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh
sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari ( A. aziz Alimul. H, 1995;134
).
Vulnus/luka adalah hilang atau rusaknya sebagian
jaringan tubuh ( R. Syamsuhidjar, dkk, 1998 ; 72 )
Vulnus laseratum adalah luka robek akibat terkena
mesin, kayu atau benda lainya yang menyebabkan robeknya jaringan dan ada juga
yang menyebutnya vulnus laseratum adalah luka compang-camping/luka yang
bentuknya tidak beraturan.
- Etiologi
- Trauma tajam yang menimbulkan luka terbuka
- Trauma tumpul yang menyebabkan luka tertutup (vulnus occlusum) & luka terbuka (vulnus avertum)
- Zat-zat kimia
- Radiasi
- Sengatan listrik
- Ledakaperubahan suhu
- Patofisiologi
(menurut Soejarto Reksoprodjo,
dkk, 1995 ; 415) proses yang terjadi secara alamiah bila terjadi luka dibagi
menjadi 3 fase :
1.
Fase inflamsi
atau “ lagphase “ berlangsung sampai 5 hari. Akibat luka terjadi
pendarahan, ikut keluar sel-sel trombosit radang. Trombosit mengeluarkan prosig
lalim, trombosam, bahan kimia tertentu dan asam amoini tertentu yang
mempengaruhi pembekuan darah, mengatur tonus dinding pembuluh darah dan
khemotaksis terhadap leukosit. Terjadi Vasekontriksi dan proses penghentian
pendarahan. Sel radang keluar dari pembuluh darah secara diapedisis dan menuju
dareh luka secara khemotaksis. Sel mast mengeluarkan serotonin dan histamine
yang menunggalkan peruseabilitas kapiler, terjadi eksudasi cairan edema. Dengan
demikian timbul tanda-tanda radang leukosit, limfosit dan monosit menghancurkan
dan menahan kotoran dan kuman.
2.
Fase proferasi
atau fase fibriflasi. berlangsung dari hari ke 6-3 minggu. Tersifat oleh
proses preforasi dan pembentukan fibrosa yang berasal dari sel-sel masenkim.
Serat –serat baru dibentuk, diatur, mengkerut yang tidak perlu dihancurkan
dengan demikian luka mengkerut/mengecil. Pada fase ini luka diisi oleh sel
radang, fibrolas, serat-serat kolagen, kapiler-kapiler baru : membentuk
jaringan kemerahan dengan permukaan tidak rata, disebut jaringan granulasi.
Epitel sel basal ditepi luka lepas dari dasarnya dan pindah menututpi dasar
luka. Proses migrasi epitel hanya berjalan kepermukaan yang rata dan lebih
rendah, tak dapat naik, pembentukan jaringan granulasi berhenti setelah seluruh
permukaan tertutup epitel dan mulailah proses pendewasaan penyembuhan luka.
3.
Fase “
remodeling “ fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan. Dikatakan berahir
bila tanda-tanda radang sudah hilang. Parut dan sekitarnya berwarna pucat,
tipis, lemas, tidak ada rasa sakit maupun gatal.
- Manifestasi Klinis
Apabila seseorang terkena luka maka dapat terjadi
gejala setempat (local) dan gejala umum (mengenai seluruh tubuh)
a.
Gejala Local
Ø
Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf
sensoris. Intensitas atau derajat rasa nyeri berbeda-beda tergantung pada berat
/ luas kerusakan ujung-ujung saraf dan lokasi luka.
Ø
Perdarahan, hebatnya perdarahan tergantung pada Lokasi luka, jenis pembuluh darah yang
rusak.
Ø
Diastase yaitu luka yang menganga atau tepinya
saling melebar
Ø
Ganguan fungsi, fungdi anggota badan akan
terganggu baik oleh karena rasa nyeri atau kerusakan tendon.
b.
Gejala umum
Gejala/tanda umum pada perlukaan dapat terjadi
akibat penyuli/komplikasi yang terjadi seperti syok akibat nyeri dan atau
perdarahan yang hebat.
- Macam-macam Luka
1. Hematoma
: Perdarahan dibawah kulit
2. Countosio
: Luka memar
3. Albratio
: Kerusakan pada lapisan superficial (kulit)
4. V.
scissum : luka iris
5. V.
ictum : luka tusuk
6. V.
sclopetornum : luka tembak
7. V.
lacertum : luka tembak
- Komplikasi Luka
1.
Penyuli dini seperti : hematoma, seroma, infeksi
2.
Penyulit lanjut seperti : keloid dan parut hipertrifik
dan kontraktur
- Pemeriksaan Diagnostik
Pada kasus vulnus diagnosis pertama dilakukan secara
teliti untuk memastikan apakah ada pendarahan yang harus dihentikan. Kemudian
ditentukan jenis trauma apakah trauma tajam atau trauma tumpul, banyaknya
kematian jaringan, besarnya kontaminasi dan berat jaringan luka.
- Pemeriksaan Medis
Pertama dilakukan anstesi setempat atau umum,
tergantung berat dan letak luka, serta keadaan penderita, luka dan sekitar luka
dibersihkan dengan antiseptic. Bahan yang dapat dipakai adalah larutan yodium
frovidon 1% dan larutan klorheksin ½%, larutan yodium 3% atau alcohol 70% hanya
digunakan untuk membersih kulit disekitar luka.
Kemudian daerah disekitar lapangan kerja ditutup
dengan kain steril dan secara steril dilakukan kembali pembersihan luka dari
kontaminasi secara mekanis, misalnya pembuangan jaringan mati dengan guntung
atau pisau dan dibersihkan dengan bilasan, guyuran atau semprotan NaCl.
Akhirnya dilakukan penjahitan dengan rapid an luka ditutup dengan bahan yang
dapat mencegah lengketnya kasa, misalnya kasa yang mengandung vaselin ditambah
dengan kasa penyerap dan dibalut dengan pembalut elastis.
MANAJEMEN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Pengkajian dilihat dari bagaimana luka (tanda penyembuhan luka) seperti
adanya pendarahan, proses imflamsai, adanya parut atau bekas luka akibat
fibrolas dalam jaringan granulasi mengeluarkan kalogen yang membentuknya, serta
berkurangnya ukuran parut yang merupakan indikasi terbentuknyaq kaloid. Selain
itu juga perlu dikaji adanya drainase, pembengkakan dan bau yang kurang sedap
dan nyeri pada area luka (A. Aziz Alimil. H, 2006 ; 136 )
B. Diagnosa keperawatan
1.
Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kurangnya
perawatan pada daerah luka, tempat masuknya organisme.
2.
Nyeri akibat terputusnya kontinuitas jaringan
C.
Intervensi
a.
Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan kurangnya
perawatan luka, meliputi :
Ø
Identifikasi individu yang beresiko terhadap
infeksi nasokomial :
-
Kaji terhadap predictor
-
Kaji terhadap factor yang mengacaukan
Ø
Kurangi organisme yang masuk dalam individu
-
Cuci tangan dengan cermat
-
Teknik antiseptic
-
Diagnostik yang perlu atau prosedur antiseptik
Ø
Ajarkan individu serta keluarga tanda-tanda
infeksi
Ø
Dorong dan pertahankan masukan kalori dan
protein dalam diet
Ø
Pantau penggunan oabat antibiatika
Ø
Amati terhadap manifestasi klinis infeksi
b.
Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan meliputi :
Ø
Kaji skala nyeri klien
Ø
Jelaskan penyebab nyeri kepada individu (jika
diketahui}
Ø
Memeprlihat bahwa anada sedang mengkaji nyeri
karena anda ingin mengenal lebih baik
Ø
Berikan kesempatan untuk individu beristirahat
siang dengan waktu tidur
Ø
Ajarkan tindakan penurunan nyeri ( relaksasi,
stimulasi kutan)
Ø
Berikan individu obat analgesic
Ø
Berikan informasi yang akurat untuk meluruskan
kesalahan konsep pada keluarganya.
D.
Evaluasi
a.
Diagnosa Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan
kurangnya perawatan pada daerah luka, tempat masuknya organisme.
1.
Klien memperlihatkan kemmpuan dan kemauan untuk mencegah terjadinya infeksi
2.
Klien bebas dari proses infeksi nasokomial selama
perawatan di RS
3.
Klien memperlihatkan pengetahuan tentang factor resiko
yang berkaitan dengan infeksi dan melakukan tindakan pencegahan yang tepat
untuk mencegah infeksi.
b.
Nyeri akibat terputusnya kontinuitas jaringan
1.
Klien memperlihatkan bahwa orang lain membenarkan nyeri
itu ada
2.
Klien dapat dapat menghubungkan pengurangan nyeri
setelah melakukan tindakan peredaan rasa nyeri yang dilakukan
3.
Klien dapat mengidentifikasi sumber nyeri
4.
Klien dapat mengidentifikasi aktivitas yang
meningkatkan nyeri dan yang mengurangkan nyeri
5.
Klien dapat mengambarkan rasa nyamandari orang lain
selama mengalami nyeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar