a. Pengertian
Meningitis bakterial adalah suatu
keadaan dimana meningens atau selaput dari otak mengalami inflamasi oleh karena
bakteri (Sharon & Terry; 1993; 303).
Hidrocephalus adalah suatu keadaan
dimana terjadi peningkatan tekanan intrkranial yang disebabkan karena adanya
penumpukan cerebrospinal fluid
didalam ventrikel otak (Sharon &
Terry; 1993; 292).
Hidrocephalus adalah suatu keadaan
dimana terjadi penumpukan cerebrospinal
fluid di dalam ventrikel otak, ruang sub arachnoid atau ruang sub dural (Candy Smith; 1988; 149).
b. Etiologi dan karakteristik
Infeksi/ keadaan inflamasi dari meningens ini lebih sering
disebabkan oleh beberapa bakteri berikut, antara lain; Haemophilus Influenzae (tipe B), naisseria meningitidis (meningococus), dan streptokokus (Sharon &
Terry; 1993; 303).
Bakterial meningitis adalah manifestasi yang muncul akibat
adanya bakteri yang melakukan invasi didalam selaput otak. Invasi bakteri ke
otak dapat terjadi secara langsung maupun tak langsung. Invasi bakteri secara
tak langsung dapat berupa adanya pencetus sebelumnya seperti pneumonia, otitis
media, sinusitis dimana bakteri ikut didalam aliran darah dan mencapai selaput
otak serta mengadakan invasi.
Invasi bakteri dapat secara langsung misalnya adanya trauma
kepala, luka tembus atau adanya intervensi operasi sehingga bakteri dapat
langsung mengenai selaput otak.
Komplikasi yang dapat terjadi akibat dari meningitis
bakterial adalah kematian jaringan otak, terjadinya hidrocephalus akibat dari
sumbatan pada aliran cerebrospinal fluid
yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan intrakranial.
Penumpukan ini mungkin disebabkan oleh peningkatan produksi cerebrospinal fluid, adanya obtruksi
aliran dalam ventrikel (non comunicating)
atau menurunnya kemampuan dalam
melakukan absorbsi (comunicating).
Hidrosephalus dengan tipe penyebab non comunicating merupakan hal sering terjadi pada anak usia
dibawah 2 tahun (Candy smith; 1988; 149).
c. Manifestasi klinis
Penyakit ini
biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya infeksi geeneral pada umumnya
seperti demam, mungkin juga didapati adanya sakit kepala yang hebat, ,
photophobia, kaku kuduk, didapatinya tanda kernig dan tanda brudzinski.
Pathofisiologi
Terapi dan
Penatalaksanaan
Terapi pilihan pada bayi yang
telah mengalami meningitis bakterial dengan komplikasi hidrocephalus adalah
dilakukan pembedahan dengan tujuan untuk pemasangan shunt guna mengalirkan cerebrospinal
fluid yang tersumbat di dalam otak. Ada beberapa jenis shunt antara lain (VP) ventrikulo peritoneal shunt dan (VA)
ventriculoatrial shunt.
Penatalaksanaan pada bayi dengan
hidrocehalus adalah pemberian posisi head
up dan pengawasan pemberian cairan yang adekuat.
a. Tanda dan gejala yang muncul
Demam, sakit kepala, lethargy, muntah, ubun-ubun yang
cembung, photopobia, malas atau tidak mau minum, tangisan yang menjerit,
perubahan pada pupil (seringkali dilatasi), terdapatnya tanda kernig dan
brudzinski, apnea, peningkatan lingkar kepala dan terdapatnya perubahan
kesadaran.
Pada bayi yang sudah mengalami hidrocephalus mungkin
didapatkan peningkatan lingkar kepala, ubun-ubun yang cembung, sunset eye phenomen, muntah, malas
minum, lethargy dan perubahan tingkat kesadaran.
Pada pemeriksaan fisik mungkin juga didapati tachycardia,
tachypnea/ bradypnea, peningkatan tekanan darah, diaphoresis, peningkatan
diameter pupil (dilatasi).
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang lazim
dilakukan adalah pemeriksaan kultur/ biakan kuman; hasil yang didapatkan adalah
biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman, pemeriksaan hitung darah
(deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya
leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia.
Diagnosa keperawatan
yang mungkin muncul, tujuan dan intervensi
1. Resiko
terjadinya peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan infeksi pada
selaput otak
Tujuan:
Tidak terjadi peningkatan tekanan
intrakranial selama dalam masa perawatan, dengan kriteria; reaksi pupil
terhadap cahaya (+), refleks normal, gerak dan tangis yang kuat, respirasi
spontan, suhu dalam batas normal.
Intervensi:
a. Kaji
tanda vital, GCS (jika dapat dilakukan) dan tanda-tanda dari terjadinya
penurunan kesadaran.
b. Ciptakan
dan pertahankan lingkungan yang tenang dan nyaman.
c. Berikan
posisi head up + 30O.
d. Ukur
lingkar kepala tiap hari.
e. Kolaborasi
dalam pemberian cairan yang adekuat.
f. Berikan
obat sesuai dengan program; antibiotik, antipiretik, dan antikonvulsan.
g. Ikut
sertakan keluarga dalam perawatan bayi secara aktif.
2.
Nyeri berhubungan dengan sakit kepala, trauma
kepala, tindakan invasif (pengambilan cairan CSF, pengambilan darah).
Tujuan:
Terbebasnya anak dari rasa nyeri
dengan kriteria; menurunya intensitas menangis, wajah tampak tenang, tanda
vital dalam batas normal, menurunya tingkat diaporresis.
Intervensi:
a. Kaji
dan catat tanda dan gejala dari nyeri.
b. Perlakukanlah
anak dengan lembut dan penuh perasaan.
c. Anjurkan
kepada keluarga untuk menunggu dan ikut sertakan secara aktif dalam merawat
klien.
d. Kolaborasi
dalam pemberian analgesik, antipiretik, dan antibiotk sesuai jadwal dan amati
reaksi klien terhadap pengobatan yang diberikan.
e. Jika
dapat dilakukan gunkan tehnik untuk mengurangi rasa nyeri seperti distraksi,
aktivitas untuk mengalihkan perhatian.
f. Observasi
terhadap efektivitas dan rasa nyeri yang dirasakan oleh anak.
DAFTAR PUSTAKA
Axtonb, Sharon
Ennis & Terry Fugate. (1993). Pediatric Cre Plans. USA: A
Devision of The Benjamin/ Cummings Publishing Company Inc.
Catzel, Pincus
& Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh Dr. yohanes gunawan.
Jakarta: EGC.
Whalley &
wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children Volume II book 1. USA: CV. Mosby-Year book.
Inc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar