A. Pengertian
Leptospirosis adalah suatu zoonosis yang disebabkan suatu
mikroorganisme yaitu leptospira tanpa memandang bentuk spesifik serotipenya.
Penyakit ini juga dikenal dengan nama seperti mud fever, slim fever, swamp
fever, autumnal fever, infectoius jaundice, field fever, cane cutler fever.
B. Etiologi
Penyakit yang terdapat di negara
yang beriklim tropis. Berbagai subgroup yang masing- masing terbagi dalam atas
:
1. L icterohaemorhagiae dengan reservoire tikus
(syndroma weil)
2. L. canicola dengan reservoire anjing
3. L pamona dengan reservoire sapi dan babi
Insiden :
Penyakit ini dapat berjangkit
pada laki-laki dan perempuan pada semua umur.
C. Manifestasi klinis
Masa tunas berkisar antara 2-26
hari(kebanyakan 7-13 hari) rata-rata 10 hari.
Pada leptospira ini ditemukan
perjalanan klini sbifasik :
1.
Leptopiremia
(berlangsung 4-9 hari)
Timbul demam mendadak, diserta
sakit kepala (frontal, oksipital atau bitemporal). Pada otot akan timbul
keluhan mialgia dan nyeri tekan (otot gastronemius, paha pinggang,) dandiikuti
heperestesia kulit. Gejala menggigil dan demam tinggi, mual, muntah, diare,
batuk, sakit dada, hemoptisis, penurunan kesadaran, dan injeksi konjunctiva.
Injeksi faringeal, kulit dengan ruam berbentuk makular/makolupapular/urtikaria
yang tersebar pada badan, splenomegali, dan hepatomegali.
2.
Fase imun
(1-3 hari)
Fase imun yang berkaitan dengan
munculnya antibodi IgM sementara konsentrasi C3, tetap normal.
Meningismus, demam jarang melebihi 39oC. Gejala lain yang muncul
adalah iridosiklitis, neuritis optik, mielitis, ensefalitis, serta neuripati
perifer.
3.
Fase
penyembuhan (minggu ke-2 sampai minggu ke-4)
Dapat ditemukan adanya demam atau
nyeri otot yang kemudian berangsur-angsur hilang.
D. Patofisiologi
Manusia bisa terinfeksi jika
terjadi kontak pada kulit atau selaput lendir yang luka/erosi dengan air,
lumpur dan sebagainya yang telah tercemar oleh air kemih binatang yang
terinfeksi leptospira. Leptospira yang masuk melalui kulit maupun selaput
lendir yang luka/erosi akan menyebar ke organ-organ dan jaringan tubuh melalui
darah. Sistem imun tubuh akan berespon sehingga jumlah laptospira akan
berkurang, kecuali pada ginjal yaitu tubulus dimana kan terbentuk koloni-koloni
pada dinding lumen yang mengeluarkan endotoksin dan kemudian dapat masuk ke
dalam kemih.
E. Komplikasi
Pada leptospira, komplikasi yang
sering terjadi adalah iridosiklitis, gagal ginjal, miokarditis, meningitis
aseptik dan hepatitis. Perdarahan masif jarang ditemui dan bila terjadi selalu
menyebabkan kematian.
F. Penatalaksanaan
Obat antibiotika yang biasa
diberikan adalah penisillin, strptomisin, tetrasiklin, kloramfenikol,
eritromisin dan siproflokasasin. Obat pilihan utama adalah penicillin G 1,5
juta unit setiap 6 jam selama 5-7 hari. Dalam 4-6 jam setelah pemeberian
penicilin G terlihat reaksi Jarisch Hecheimmer yang menunjukkan adanya
aktivitas antileptospira> obat ini efektif pada pemberian 1-3 hari namun
kurnag bermanfaat bila diberikan setelah fase imun dan tidak efektif jika
terdapat ikterus, gagal ginjal dan meningitis. Tindakan suporatif diberikan sesuai
denan keparahan penyakit dan komplikasi yang timbul.
G. prognosis
Tergantung keadaan umum klien,
umur, virulensi leptospira, dan ada tidaknya kekebalan yang didapat. Kematian
juga biasanya terjadi akibat sekunder dari faktor pemberat seperti gagal ginjal
atau perdarahan dan terlambatnya klien mendapat pengobatan.
II.
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitis
Keadaan umum klien seperti umur
dan imunisasi., laki dan perempuan tingkat kejadiannya sama.
2. Keluhan utama
Demam yang mendadak
Timbul gejala demam yang disertai
sakit kepala, mialgia dan nyeri tekan (frontal) mata merah, fotofobia, keluahan
gastrointestinal. Demam disertai mual, muntah, diare, batuk, sakit dada,
hemoptosis, penurunan kesadaran dan injeksi konjunctiva. Demam ini berlangsung
1-3 hari.
3. Riwayat keperawatan
a.
Imunisasi, riwayat imunisasi perlu untuk peningkatan
daya tahan tubuh
b.
Riwayat penyakit, influenza, hapatitis, bruselosis,
pneuma atipik, DBD, penyakit susunan saraf akut, fever of unknown origin.
c.
Riwayat pekerjaan klien apakah termasuk kelompok orang
resiko tinggi seperti bepergian di hutan belantara, rawa, sungai atau petani.
4. Pemeriksaan dan observasi
a.
Fisik
Keadaan umum, penurunan
kesadaran, lemah, aktvivitas menurun
Review of sistem :
Ø
Sistem pernafasan
Epitaksis, penumonitis hemoragik
di paru, batuk, sakit dada
Ø
Sistem cardiovaskuler
Perdarahan, anemia, demam,
bradikardia.
Ø
Sistem persyrafan
Penuruanan kesadaran, sakit
kepala terutama dibagian frontal, mata merah.fotofobia, injeksi
konjunctiva,iridosiklitis
Ø
Sistem perkemihan
Oligoria, azometmia,perdarahan
adernal
Ø
Sistem pencernaan
Hepatomegali, splenomegali,
hemoptosis, melenana
Ø
Sistem muskoloskletal
Kulit dengan ruam berbentuk
makular/makulopapular/urtikaria yang teresebar pada badan. Pretibial.
b.
Laboratorium
ü
Leukositosis normal, sedikit menurun,
ü
Neurtrofilia dan laju endap darah (LED) yang
meninggiu
ü
Proteinuria, leukositoria
ü
Sedimen sel torak
ü
BUN , ureum dan kreatinin meningkat
ü
SGOT meninggi tetapi tidak melebihi 5 x normal
ü
Bilirubin meninggi samapai 40 %
ü
Trombositopenia
ü
Hiporptrombinemia
ü
Leukosit dalam cairan serebrospinal 10-100/mm3
ü
Glukosa dalam CSS Normal atau menurun
5. penatalaksanaan
Lihat pada landasan teori.
6. Diagnosa keperawatan
a.
Peningkatan suhu
tubuh sehubungan dengan proses infeksi dari perjalanan penyakitnya.
b. Cemas / takut berhubungan dengan perubahan
kesehatan (penyakit leptospirosisi) ditandai dengan peningkatan tegangan,
kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak
adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
c. Nyeri
(akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf,
infiltrasi sistem suplay syaraf, syaraf,
inflamasi), ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak
mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
d. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit,
prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi,
misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya,
menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti
intruksi/pencegahan komplikasi.
e. Pemenuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan
tubuh) berhubungan dengan intake kurang ditandai dengan klien mengatakan intake
tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, nausea dan vomitng,
berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan
lemak subkutan,
f.
Resiko tinggi
kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal (vomiting,
diare), hipermetabolik, kurangnya intake
g. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan efek kerja penyakitnya deficit imunologik, penurunan intake
nutrisi dan anemia.
B. Perencanaan
1. Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan
proses infeksi dari perjalanan penyakitnya.
Tujuan : suhu tubuh turun sampai batas normal
Kriteria hasil :
-
Suhu tubuh dalam batas normal 36 – 37 0 C
-
Klien bebas demam
-
Mukosa mulut basah, mata tidak cekung, istirahat cukup
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Bina hubungan baik dengan klien dan keluarga
b.
Berikan kompres dingin dan ajarkan cara untuk memakai es atau handuk
pada tubu, khususnya pada aksila atau lipatan paha.
c.
Peningkatan kalori dan beri banyak minuman (cairan)
d.
Anjurkan memakai baju tipis yang
menyerap keringat.
e.
Observasi tanda-tanda vital terutama suhu dan denyut nadi
f.
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan terutama anti
piretik., antibiotika (Pinicillin G )
|
a.
Dengan hubungan yang baik dapat meningkatkan kerjasama dengan klien sehingga pengobatan dan perawatan
mudah dilaksanakan.
b.
Pemberian kompres dingin merangsang penurunan suhu tubuh.
c.
Air merupakan pangatur suhu tubuh.
Setiap ada kenaikan suhu melebihi normal, kebutuhan metabolisme air
juga meningkat dari kebutuhan setiap ada kenaikan suhu tubuh.
d.
Baju yang tipis akan mudah untuk menyerap keringat yang keluar.
e.
Observasi tanda-tanda vital
merupakan deteksi dini untuk mengetahui komplikasi yang terjadi sehingga cepat
mengambil tindakan
f.
Pemberian obat-obatan terutama antibiotik akan membunuh kuman
Salmonella typhi sehingga mempercepat proses penyembuhan sedangkan antipiretik untuk menurunkan suhu
tubuh. Antibotika spektrrum luas.
|
2. Cemas / takut berhubungan dengan
perubahan kesehatan (penyakit leptospirosisi) ditandai dengan peningkatan
tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung,
tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
Tujuan :
-
Klien dapat mengurangi rasa cemasnya
-
Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
-
Menunjukkan koping yang efektif serta mampu
berpartisipasi dalam pengobatan.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang
dideritanya.
b.
Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.
c.
Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut,
konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.
d.
Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan
diri dalam pengobatan.
e.
Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial,
ketidak berdayaan dll.
f.
Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system.
g.
Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
h.
Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.
|
a.
Data-data
mengenai pengalaman klien sebelumnya akan memberikan dasar untuk penyuluhan
dan menghindari adanya duplikasi.
b.
Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami proses
penyakitnya.
c.
Dapat menurunkan kecemasan klien.
d.
Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek
sampingnya.
e.
Mengetahui dan menggali pola koping klien serta mengatasinya/memberikan
solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan.
f.
Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga.
g.
Memberikan kesempatan pada klien untuk berpikir/merenung/istirahat.
h.
Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia benar-benar
ditolong.
|
3. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit
(penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, syaraf, inflamasi), ditandai dengan klien
mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi
nyeri, kelemahan.
Tujuan :
- Klien mampu mengontrol rasa
nyeri melalui aktivitas
-
Melaporkan nyeri yang dialaminya
- Mengikuti program
pengobatan
- Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan
pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang
mungkin
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas
b.
Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi,
ajarkan klien dan keluarga tentang cara menghadapinya
c.
Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti
mendengarkan musik atau nonton TV (distraksi)
d.
Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi,
bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik.
e.
Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu.
f.
Diskusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan klien
g. Berikan
analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narkotik dll
|
a.
Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan asuhan.
b.
Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah
menyebabkan komplikasi.
c.
Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari
rasa nyeri.
d.
Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress
dan ansietas.
e.
Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan sampai
sejauhmana klien mampu menahannya serta untuk mengetahui kebutuhan klien akan
obat-obatan anti nyeri.
f.
Agar terapi yang diberikan tepat sasaran.
g.
Untuk mengatasi nyeri.
|
4. Pemenuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan
tubuh) berhubungan dengan intake kurang ditandai dengan klien mengatakan intake
tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, nausea dan vomitng,
berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan
lemak subkutan,
Tujuan :
-
Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak
ada tanda malnutrisi
- Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya
intake yang adekuat
- Berpartisipasi
dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai dengan
kebutuhannya.
b.
Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan
berat badan.
c.
Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar
parotis.
d.
Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake
cairan yang adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk klien.
e.
Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan
makanan yang terlalu manis, berlemak dan pedas.
f.
Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman
atau keluarga.
g.
Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan moderate sebelum makan.
h.
Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang dialami
klien.
Kolaboratif
i.
Amati studi laboraturium seperti total limposit, serum transferin dan
albumin
j.
Berikan pengobatan sesuai indikasi
Phenotiazine, antidopaminergic, corticosteroids, vitamins
khususnya A,D,E dan B6, antacida
k.
Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan secara enteral,
imbangi dengan infus.
|
a.
Memberikan informasi tentang status gizi klien.
b.
Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan berat badan
klien.
c.
Menunjukkan keadaan gizi klien sangat buruk.
d.
Kalori merupakan sumber energi.
e.
Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang menyebabkan
penurunan nafsu makan serta mengurangi stimulus berbahaya yang dapat
meningkatkan ansietas.
f.
Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri.
g.
Untuk menimbulkan perasaan ingin makan/membangkitkan selera makan.
h.
Agar dapat diatasi secara bersama-sama (dengan ahli gizi, perawat dan
klien).
i.
Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat
perjalanan penyakit, pengobatan dan perawatan terhadap klien.
j.
Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek samping dan meningkatkan
status kesehatan klien.
k.
Mempermudah intake makanan dan minuman dengan hasil yang maksimal dan
tepat sesuai kebutuhan.
|
5. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit,
prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi,
misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya,
menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti
intruksi/pencegahan komplikasi.
Tujuan :
- Klien dapat mengatakan secara
akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada ting-katan siap.
- Mengikuti prosedur
dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti prosedur tersebut.
- Mempunyai inisiatif
dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengo- batan.
- Bekerjasama dengan pemberi informasi.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Review pengertian klien dan keluarga tentang diagnosa, pengobatan dan
akibatnya.
b.
Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatannya, ceritakan
pada klien tentang pengalaman klien lain yang menderita kanker.
c.
Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara
spesifik, hindarkan informasi yang tidak diperlukan.
d.
Berikan bimbingan kepada klien/keluarga sebelum mengikuti prosedur
pengobatan, therapy yang lama, komplikasi. Jujurlah pada klien.
e.
Anjurkan klien untuk memberikan umpan balik verbal dan mengkoreksi
miskonsepsi tentang penyakitnya.
f.
Review klien /keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang optimal.
g.
Anjurkan klien untuk mengkaji membran mukosa mulutnya secara rutin,
perhatikan adanya eritema, ulcerasi.
h.
Anjurkan klien memelihara kebersihan kulit dan rambut.
|
a.
Menghindari adanya duplikasi dan pengulangan terhadap pengetahuan
klien.
b.
Memungkinkan dilakukan pembenaran terhadap kesalahan persepsi dan
konsepsi serta kesalahan pengertian.
c.
Membantu klien dalam memahami proses penyakit.
d.
Membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan pengobatan.
e.
Mengetahui sampai sejauhmana pemahaman klien dan keluarga mengenai
penyakit klien.
f.
Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai nutrisi yang
adekuat.
g.
Mengkaji perkembangan proses-proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi
serta masalah dengan kesehatan mulut yang dapat mempengaruhi intake makanan
dan minuman.
h.
Meningkatkan integritas kulit dan kepala.
|
6. Resiko tinggi kurangnya volume cairan
berhubungan dengan output yang tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik,
kurangnya intake
Tujuan :
Klien menunjukkan keseimbangan
cairan dengan tanda vital normal, membran mukosa normal, turgor kulit bagus,
capilarry ferill normal, urine output normal.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Monitor intake dan output termasuk keluaran yang tidak normal seperti emesis, diare, drainase
luka. Hitung keseimbangan selama 24 jam.
b.
Timbang berat badan jika diperlukan.
c.
Monitor vital signs. Evaluasi pulse peripheral, capilarry refil.
d.
Kaji turgor kulit dan keadaan membran mukosa. Catat keadaan kehausan
pada klien.
e.
Anjurkan intake cairan samapi 3000 ml per hari sesuai kebutuhan
individu.
f.
Observasi kemungkinan perdarahan seperti perlukaan pada membran mukosa,
luka bedah, adanya ekimosis dan pethekie.
g.
Hindarkan trauma dan tekanan yang berlebihan pada luka bedah.
h.
Kolaboratif
-
Berikan cairan IV bila diperlukan.
-
Berikan therapy antiemetik.
-
Monitor hasil laboratorium : Hb, elektrolit, albumin
|
a.
Pemasukan oral yang tidak adekuat dapat menyebabkan hipovolemia.
b.
Dengan memonitor berat badan dapat diketahui bila ada ketidakseimbangan
cairan.
c.
Tanda-tanda hipovolemia segera diketahui dengan adanya takikardi,
hipotensi dan suhu tubuh yang meningkat berhubungan dengan dehidrasi.
d.
Dengan mengetahui tanda-tanda dehidrasi dapat mencegah terjadinya
hipovolemia.
e.
Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.
f.
Segera diketahui adanya perubahan keseimbangan volume cairan.
g.
Mencegah terjadinya perdarahan.
h.
Kolaborasi :
-
Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.
-
Mencegah/menghilangkan mual muntah.
-
Mengetahui perubahan yang terjadi.
|
7. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan efek kerja penyakitnya deficit imunologik, penurunan intake
nutrisi dan anemia.
Tujuan :
- Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan
kondisi spesifik
- Berpartisipasi
dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Monitor perkembangan kerusakan
integritas kulit untuk melihat adanya efek kerusakan kulit,
b.
Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal.
c.
Ubah posisi klien secara teratur.
d.
Berikan advise pada klien untuk menghindari pemakaian cream kulit,
minyak, bedak tanpa rekomendasi dokter.
|
a.
Memberikan informasi untuk perencanaan asuhan dan mengembangkan
identifikasi awal terhadap perubahan integritas kulit.
b.
Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi.
c.
Menghindari penekanan yang terus menerus pada suatu daerah tertentu.
d.
Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan produk yang kontra indikatif
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar