A. PENGERTIAN
Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir
dengan berat badan pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih
rendah ( WHO, 1961 ).
Berat badan lahir rendah adalah bayi baru
lahir yang berat badannya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr
sampai dengan 2499 gr.
Menurut Hanifa Wiknjosastro (2002) asfiksia
neonatorum didefinisikan sebagai keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia Neonatus
adalah suatu keadaan dimana saat bayi lahir mengalami gangguan
pertukaran gas dan transport O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2 (Markum,
2000).
Asfiksia adalah kurangnya oksigen dalam darah dan
meningkatnya kadar karbon dioksida dalam darah serta jaringan (Kamus
saku kep. Edisi 22).
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi
baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan
C02 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut
(Medicine and linux.com).
B. Etiologi BBLR dan Asfiksia
1. Etiologi BBLR
a. Faktor ibu (resti).
b. faktor penyakit (toksimia gravidarum, trauma fisik).
c. faktor usia : < 20 tahun.
d.
faktor ibu : riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan ante
partum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit
jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20
tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat,
infeksi, trauma dan lain-lain.
e. Faktor janin : cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini.
f. Keadaan sosial ekonomi yang rendah.
g. Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan, merokok.
2. Etiologi Asfiksia
Etiologi
secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan O2 dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau
segera setelah lahir, penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada
bayi terdiri dari :
1. Faktor Ibu
a. Hipoksia ibu
Oksigenasi
darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi selama anestesi,
penyakit jantung sianosis, gagal pernafasan, keracunan karbon
monoksida, tekanan darah ibu yang rendah.
b. Gangguan aliran darah uterus
Mengurangnya
aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran
oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan pada :
• Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau obat.
• Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.
• Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.
2. Faktor plasenta
Pertukaran
gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.
.Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada
plasenta, misalnya:
Plasenta tipis
Plasenta kecil
Plasenta tak menempel
Solusio plasenta
Perdarahan plasenta
3. Faktor fetus
Kompresi
umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pcmbuluh
darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat
menumbung, tali pusat melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan
jalan lahir dan lain-lain.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi karena :
• Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
•
Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah intrakranial.
Kelainan konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika atresia /
stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.
5. Faktor persalinan
• Partus lama
• Partus tindakan
(Medicine and linux.com DAN Pediatric.com)
C. PATOFISIOLOGI
Pernafasan
spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu
menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi
(asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang
kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primary gasping” yang
kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguaan
pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi
asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel
tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan
gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan
lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode
apnu (Primany apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung
selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang
kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia
berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada
dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan
bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Disamping adanya perubahan
klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan
asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran gas
mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut
dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa
glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh terutama pada
jantung dan hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat metabolisme
ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat
selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh
beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung
akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan
mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga
menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang
adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah
paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan
mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi
dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang
terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi
selanjutnya (Medicine and linux.com)
D. KLASIFIKASI KLINIK NILAI APGAR DAN BBLR :
1. Klasifikasi Asfiksia
a. Asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3)
Memerlukan
resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali.
Karena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus
bikarbonat 7,5% dengan dosis 2,4 ml per kg berat badan, dan cairan
glucose 40%1-2 ml/kg berat badan, diberikan via vena umbilikalis.
b. Asfiksia sedang (APGAR 4-6)
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas kembali.
c. Bayi normal atau asfiksia ringan ( nilai APGAR 7-9).
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Asfiksia
berat dengan henti jantung, dengan keadaan bunyi jantung menghilang
setelah lahir, pemeriksaan fisik yang lain sama dengan asfiksia berat.
Pediatric.com
2. Klasifikasi BBLR Primaturitas murni.
a. Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan masa gestasi.
b. Dismaturitas.
c. BB bayi yang kurang dari berat badan seharusnya, tidak sesuai dengan masa gestasinya.
d. BBLR dibedakan menjadi :
BBLR : berat badan lahir 1800-2500 gram
BBLSR : berat badan lahir < 1500 gram
BBLER : berat badan lahir ekstra rendah < 1000 gr
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20 ).
2. Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot dan reflek).
3. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi.
4. Pengkajian spesifik/
5. Pemeriksaan fungsi paru/
6. Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler/
(Pediatric.com)
F. MANIFESTASI KLINIS
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksi janin yang menimbulkan tanda:
- DJJ lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur
- Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
- Apnea
- Pucat
- Sianosis
- Penurunan terhadap stimulus.
(Medicine and linux.com)
G. PENATALAKSANAAN KLINIS
1. Tindakan Umum
a. Bersihkan jalan nafas.
Kepala
bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah mengalir, bila perlu
digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari saluran
nafas yang lebih dalam.Saluran nafas atas dibersihkan dari lendir dan
cairan amnion dengan pengisap lendir, tindakan ini dilakukan dengan
hati- hati tidak perlu tergesa- gesa atau kasar. Penghisapan yang
dilakukan dengan ceroboh akan timbul penyulit seperti: spasme laring,
kolap paru, kerusakan sel mukosa jalan nafas. Pada asfiksia berat
dilakukan resusitasi kardiopulmonal.
b. Rangsang reflek pernafasan.
Dilakukan
setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan bernafas dengan cara memukul
kedua telapak kaki menekan tanda achiles. Bayi yang tidak
memperlihatkan usaha bernafas selama 20 detik setelah lahir dianggap
telah menderita depresi pernafasan. Dalam hal ini rangsangan terhadap
bayi harus segera dilakukan. Pengaliran O2 yang cepat kedalam mukosa
hidung dapat pula merangsang reflek pernafasan yang sensitive dalam
mukosa hidung dan faring. Bila cara ini tidak berhasil dapat dilakukan
dengan memberikan rangsangan nyeri dengan memukul kedua telapak kaki
bayi.
c. Mempertahankan suhu tubuh.
Pertahankan suhu tubuh agar
bayi tidak kedinginan, karena hal ini akan memperburuk keadaan
asfiksia.Bayi baru lahir secara relative banyak kehilangan panas yang
diikuti oleh penurunan suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh akan
mempertinggi metabolisme sel sehingga kebutuhabn oksigen meningkat.
Perlu diperhatikan agar bayi mendapat lingkungan yang hangat segera
setelah lahir. Jangan biarkan bayi kedinginan (membungkus bayi dengan
kain kering dan hangat), Badan bayi harus dalam keadaan kering, jangan
memandikan bayi dengan air dingin, gunakan minyak atau baby oil untuk
membersihkan tubuh bayi. Kepala ditutup dengan kain atau topi kepala
yang terbuat dari plastik (Medicine and linux.com DAN Pediatric.com).
2. Tindakan khusus
a. Asfiksia berat
Berikan
O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal.
dapat dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2.
Tekanan O2 yang diberikan tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan
tidak timbul lakukan message jantung dengan ibu jari yang menekan
pertengahan sternum 80 –100 x/menit.
b. Asfiksia sedang/ringan
Pasang
relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60 detik.
Bila gagal lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu :
kepala bayi ektensi maksimal beri O2 1-2 1/mnt melalui kateter dalam
hidung, buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-bawah
secara teratur 20 x/menit Penghisapan cairan lambung untuk mencegah
regurgitasi (Medicine and linux.com).
H. THERAPI CAIRAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA
1. Tujuan Pemberian Cairan untuk Bayi Baru Lahir dengan asfiksia
a. Mengembalikan dan mempertahankanKeseimbangan airan
b. Memberikan obat – obatan
c. Memberikan nutrisi parenteral
2. Keuntungan dan kerugian therapy Cairan
Keuntungan :
a. Efek therapy segera tercapai karena penghantaran obat ketempat target berlangsung cepat
b. Absorbsi total, memungkinkan dosis obat lebih tepat dan therapy lebih dapat diandalkan
c. Kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek therapy dapat dipertahankan maupun dimodifikasi
d. Ras sakit dan iritasi obat- obat tertentu jika diberikan intramuscular dan subkutan dapat dihindari
e.
Sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorpsi dengan rute lain karena
molekul yang besar, iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus
gastrointestinal.
Kerugian :
1. Resiko toksisitas/anapilaktik dan sensitivitas tinggi
2. Komplikasi tambahan dapat timbul :
• Kontaminasi mikroba melalui sirkulasi
• Iritasi vaskuler ( spt phlebitis )
• Inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan.
3. Peran Perawat terhadap Therapi Cairan pada bayi baru lahir dengan asfiksia
1. Memastikan tidak ada kesalahan maupun kontaminasi cairan infuse maupun kemasannya.
2. Memastikan cairan infuse diberikan secara benar (pasien, jenis cairan, dosis, cara pemberian dan waktu pemberian)
3. Memeriksa kepatenan tempat insersi
4. Monitor daerah insersi terhadap kelainan
5. Mengatur kecepatan tetesan sesuai dengan program
6. Monitor kondisi dan reaksi pasien
Tidak ada komentar:
Posting Komentar