A. Pengertian
Secara
anatomi laring dibagi menjadi laring supraglotik (diatas pita suara), daerah
glotik (pita suara asli), dan daerah subglotik (dibawah batas pita suara asli).
(Higler, Adams Boies; 1997).
Kanker
laring mengacu pada karsinoma pita suara atau bagian lain dari laring yang
terjadi pada pria. Di Amerika Utara, kira-kira 2/3 dari karsinoma laring timbul
pada pita suara (glotis), hampir 1/3 timbul didaerah subpraglotis, dan
kira-kira 3% timbul pada daerah subglotis. Karsinoma pita suara menyebar
perlahan karena suplai darah minimal. Kanker laring lain menyebar lebih cepat karena
suplai darah dan limfe berlebihan serta segera melibatkan nodus limfe leher.
Namun, bila diatasi dengan segera kanker ini dapat disembuhkan. (Nettina,
Sandra. M; 2001).
B. Etiologi
Faktor-faktor
penunjang atau resiko terjadinya kanker laring:
Ø Tembakau (merokok,
perokok pasif)
Ø Alkohol
Ø Ketegangan vokal
Ø Laringitis kronis
Ø Pemajanan industrial
terhadap karsinogen
Ø Defisiensi nutrisi, dan
Ø Predisposisi keluarga
C. Patofisiologi
Kanker
laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun kebanyakan pada
laki-laki. Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan merokok, bekerja dengan
debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat. Bagaimana terjadinya
belum diketahui secara pasti oleh para ahli. Kanker kepala dan leher
menjebabkan 5,5 % dari semua penyakit keganasan terutama neoplasma laringeal
95% adalah karsinoma sel skuamosa. Bila kanker terbatas pada pita suara
(intrinsik) menyebar dengan lambat. Pita suara miskin akan pembuluh limfe
sehingga tidak terjadi metastase kearah kelenjar limfe. Bila kanker melibatkan
epiglotis (ekstrinsik) metastase lebih umum terjadi. Tumor subpraglotis dan
subglotis harus cukup besar, sebelum mengenai pita suara sehingga mengakibatkan
suara serak. Tumor pita suara yang sejati terjadi lebih dini biasanya pada
waktu pita suara masih dapat digerakan.
D. Manaifestasi klinis
Ø Serak terjadi pada
awal-awal di area glotis.
Ø Nyeri dan rasa terbakar
pada tenggorok ketika minum cairan panas dan jus jeruk.
Ø Mungkin teraba benjolan
pada leher.
Ø Gejala-gejala akhir
termasuk disfagia, dispnea, serak dan napas bau.
Ø Perbesaran nodus
servikal, penurunan berat badan, debilitas umum, dan nyeri yang menjalar
ketelinga dapat menandakan adanya metastasis.
E. Pemeriksaan diagnostik
Ø Pemeriksaan cermin tak
langsung terhadap laring atau laringoskopi dan biopsi langsung untuk
mengidentifikasi lesi.
Ø Pemindaian CT dan tes
radiologis lain untuk mendeteksi tumor.
Ø Laringografi- studi
kontras laring untuk memastikan pembuluh darah dan nodus limfe.
F. Penatalaksanaan medis
Pengobatan bervariasi tergantung pada kemajuan
malignansi; pilihanya termasuk terapi radiasi dan pembedahan.
Ø Pemeriksaan gigi lengkap
untuk menyingkirkan penyakit gigi.
Ø Masalah-masalah gigi
harus dibereskan sebelum penjadwalan pembedahan.
Ø Terapi radiasi mencapai
hasil yang sangat baik jika hanya satu sisi pita suara yang terkena.
Ø Laringektomi parsial
dianjurkan pada tahap dini, terutama pada kanker laring intrinsik.
Ø Laringektomi supraglotik(horizontal)
digunakan untuk beberapa tumor ekstrinsik. Keuntungan utama dari operasi ini
adalah pemulihan suara.
Ø Laringektomi hemivertikal
dilakukan jika tumor sudah menjalar melebihi pita suara, tetapi ini kurang dari
1 cm dalam area subglotis.
Ø Laringektomi total untuk
kanker ekstrinsik (menjalar melebihi pita suara).
Pasien akan mengalami kehilangan
suara tetapi akan mempunyai kemampuan menelan normal.
MANAJEMEN
KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Dasar
Ø Kanker
supraglotik
a.
Sensasi
geli pada tenggorok.
b.
Kekeringan
dan rasa penuh (benjolan) pada tenggorok.
c.
Nyeri
saat menelan (odinofagia)- dikaitkan dengan invasi otot ekstralaring.
d.
Batuk
saat menelan.
e.
Nyeri
menyebar pada telinga (gejala lanjut).
Ø Kanker
glotis (pita suara)
a.
Suara
serak atau perubahan suara.
b.
Afonia
(kehilangan suara).
c.
Dispnea.
d.
Nyeri
(pada tahap lanjut).
Ø Kanker
subglotis
a.
Batuk.
b.
Periode
singkat kesulitan dalam bernapas.
c.
Hemoptisis;
bau busuk-akibat dari ulserasi dan disintegrasi tumor.
B.
Diagnosa
Keperawatan
Ø Kurang pengetahuan
tantang prosedur pembedahan dan perjalanan pasca-operatif.
Ø Ansietas yang berhubungan
dengan diagnosa kanker dan pembedahan yang akan dijalani.
Ø Ketidakefektifan bersihan
jalan napas yang berhubungan dengan perubahan akibat pembedahan pada jalan
napas.
Ø Kerusakan komunikasi
verbal yang berhubungan dengan pengangkatan laring dan edema.
Ø Perubahan nutrisi: kurang
dari kebutuhan tubuh, yang berhubungan dengan kesulitan menelan.
Ø Gangguan citra tubuh,
konsep diri dan harga diri yang berhubungan dengan pembedahan mayor leher.
C.
Intervensi
dan Implementasi
Ø Diagnosa keperawatan:
kurang pengetahuan tentang prosedur pembedahan dan perjalanan pasca- operatif.
Intervensi
:
a.
Berikan
pasien dan keluarga materi edukasi (tertulis dan audiovisual) untuk mengulas
dan memberikan penguatan.
b.
Jelaskan
pada pasien bahwa suara alamiahnya akan hilang.
c.
Yakinkan
pasien bahwa banyak yang dapat dilakukan melalui program rehabilitasi.
d.
Tinjau
ulang peralatan/pengobatan yang akan menjadi bagian dari perawatan
pasca-operatif.
e.
Ajarkan
latihan batuk/napas dalam; siapkan untuk peragaan ulang.
Ø Diagnosa keperawatan:
Ansietas yang berhubungan dengan diagnosa kanker dan pembedahan yang akan
dijalani.
Intervensi:
a.
Kaji
persiapan psikologi dan berikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaan dan
berbagai persepsi; berikan jawaban yang lengkap, ringkas terhadap pertanyaan
yang diajukan.
b.
Atur
kunjungan dari pasien lain yang telah menjalani pasca laringektomi untuk
membantu pasien mengatasi situasi dan mengetahui keberhasilan rehabilitas
adalah hal yang mungkin dicapai.
Ø Diagnosa keperawatan:
Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan perubahan akibat
pembedahan pada jalan napas.
Intervensi:
a.
Baringkan
dalam posisi semi-fowler atau posisi fowler setelah pulih dari anestesia.
b.
Hindari
obat yang menekan perasaan.
c.
Berikan
dorongan untuk berbalik dan napas dalam; lakukan penghisapan jika perlu;
lakukan ambulasi dini.
d.
Lakukan
perawatan terhadap selang laringektomi dengan waktu yang bersamaan dengan
perawatan selang trakeostomi.
e.
Jaga
agar stoma tetap bersih dengan membersihkan setiap hari sesuai yang diresepkan.
f.
Amati
drainase cairan, ukur dan laporkan.
Ø Diagnosa keperawatan:
Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan pengangkatan laring dan
edema.
Intervensi:
a.
Implementasikan
sistem komunikasi , misal; “magic slate” isyarat tangan.
b.
Gunakan
tangan yang tidak dipakai untuk menulis, untuk pemasangan infus IV.
c.
Pertimbangkan
defisit visual atau buta huruf yang menciptakan masalah-masalah komunikasi.
d.
Informasikan
pasien tentang metode alternatif komunikasi, elektrofaring dan fungsi trakeal
esofageal.
Ø Diagnosa keperawatan:
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, yang berhubungan dengan
kesulitan menelan.
Intervensi:
a.
Informasikan
tentang status puasa selama 10-14 hari; akan diberikan sumber nutrisi
alternatif, misal; cairan intarvena, pemberian makan enteral, dan nutrisi
parenteral total (TPN).
b.
Jelaskan
bahwa pemberian makanan per oral akan dimulai dengan cairan kental seperti
Ensure dan gelatin untuk memudahkan penelanan; intruksikan untuk menghindari
makanan manis, yang meningkatkan salivasi dan menekan napsu makan.
c.
Intruksikan
untuk membilas mulut dengan air hangat atau pencuci mulut dan menyikat gigi
dengan teratur.
Ø Diagnosa keperawatan: Gangguan
citra tubuh, konsep diri dan harga diri yang berhubungan dengan pembedahan
mayor leher.
Intervensi:
a.
Gunakan
pendekatan positif; biarkan untuk ikut serta dalam perawatan dan peninjauan
selang; pembalutan, dan drain dengan pasien dan keluarga.
b.
Jadi
pendengar dan pendukung yang baik bagi keluarga.
c.
Rujuk
pada kelompok pendukung; seperti American Laryngectomi Assosiation dan I Can
Cope.
D.
Evaluasi
Ø Mengutarakan pemahaman
proses penyakit / proses praoperasi dan harapan pasca operasi.
Melakukan
prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
Ø Menunjukan perasaan dan
mengidentifikasi cara yang sehat dalam berhadapan dengan mereka.
Tampil
santai, dapat beristirahat/tidur cukup.
Ø Menetapkan pola napas
yang normal/efektif dan bebas dari sianosis atau tanda-tanda hipoksia lainnya.
Ø Mendemonstrasikan
komunikasi verbal dan non verbal.
Ø Mendemonstrasikan berat
badan stabil.
Berpartisipasi
dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan.
Ø Mulai menunjukan adaptasi
dan menyatakan penerimaan pada situasi diri.
Mengenali
dan menyatu dengan perubahan dalam konsep diri yang akurat tanpa harga diri
negatif.
DAFTAR
PUSTAKA
Baughman, Diane C., 2000. Keperawatan
Medikal Bedah (Buku Saku Dari Brunner and suddarth). Jakarta; EGC.
Higgler,
Adams Boies., 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta ;EGC.
Nettina,
Sandra M ., 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta; EGC.
Marylynn,
Doegoes., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta; EGC.
YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA
AKADEMI KEPERAWATAN
Jl. BELIANG NO.110 TELP.(0536)3227707
Kalimantan Tengah
MAKALAH KMB III
CA LARING
DISUSUN OLEH : Kelompok I
DESI PITRIANTI
PIRAWATI
OKTAVIA LULINDA HANDAYANI
ALVIANA HARLINDA ULVA
Dosen
Pembimbing : ESTY KRISMIATUN S.kep Ns
PALANGKA RAYA
2007
YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA
AKADEMI KEPERAWATAN
Jl. BELIANG NO.110 TELP.(0536)3227707
Kalimantan
Tengah
MAKALAH KMB III
CA LARING
DISUSUN OLEH : Kelompok I
DESI PITRIANTI
PIRAWATI
OKTAVIA LULINDA HANDAYANI
ALVIANA HARLINDA ULVA
Dosen
Pembimbing : ESTY KRISMIATUN S.kep Ns
PALANGKA RAYA
2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar