Pengertian
Adalah suatu
penyakit dimana terjadi peningkatan tekanan intraokuler, penggaungan dan degenerasi syaraf optik serta defek
lapang pandang yang khas(Ilyas, 1981)
Istilah glaukoma
diberikan untuk setiap kondisi gangguan yang kompleks yang melibatkan banyak
perubahan gejala dan tanda patologik, namun memiliki satu kharakteristik yang
cukup jelas yaitu adanya peninggian tekanan intraokuli, yang menyebabkan
kerusakan diskus optik (optic disc), menyebabkan atropi dan hilangnya pandangan
periperal. (deWitt, 1998)
Glaukoma dapat
timbul secara berlahan tanpa disertai dengan gajala-gajala yang mencurigakan,
manun menimbulkan efek kebutaan irreversibel. Namun seringkali timbul secara
mendadak dan menyebabkan kebutaan dalam waktu hitungan jam saja.
Diagnosa pasti
glaukoma baru dapat dibuat bila peninggian tekanan intraokuler telah memberikan
keusakan pada papil syaraf optik. Salah satu atau semua tanda klinik dapat
ditemukan pada pemeriksaan
Tanda dan Gejala :
-
Nyeri
kepala
-
Tegang
pada mata
-
Mual,
muntah
-
Pandangan
kabur sampai dengan menurun tiba-tiba
-
Sklera
hiperemis
-
Tekanan
Intarokuli meningkat
-
Oedema
kornea
-
BMD
dangkal
Etiologi
Penyebab adanya
peningkatan tekanan intraokuli karena adanya perubahan anatomi sebagai bentuk
gangguan penyakit mata lainnya, adanya trauma, dan adanya predisposisi faktor
genetik. Seringkali glaukoma muncul sebagai manifestasi penyakit atau proses
patologik dari sistem tubuh lainnya (deWitt, 1998)
Adapun faktor
resiko timbulnya glaukoma antara lain :
-
Adanya
riwayaat keluarga dengan glaukoma
-
Menderita
Diabetes
-
Pada
penderita kulit hitam
Klasifikasi :
Berdasarkan
Penyebabnya :
1. Primer : -
Glaukoma Sudut Terbuka
-
Glaukoma
Sudut Tertutup
2. Sekunder
Diketahui sebab
pasti dari Glaukoma ; seperti pada trauma, tumor, keradangan dan kelainan
faskuler.
3. Tersier
Berdasarkan
gambaran klinik dibedakan dalam glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.
Klasifikasi ini dibedakan menurut/mengacu pada lebar sudut/celah antara kornea
dengan iris.
Berdasarkan
perjalanan (onset) penyakit, Glaukoma dibedakan dalam glaukoma akut dan
glaukoma kronis.
Patofisiologi
Tingginya tekanan
intraokuler tergantung pada besarnya produksi humor aqueus oleh badan siliari
dan penaliran keluarnya, Besarnya aliran keluar humour aqueus melalui sudut
bilik mata depan juga tergantung pada keadaan kanal schlemm dan keadaan tekanan
vena episklera. Tekanan intraokuler diangap normal bila kurang dari 20 mmHg
pada pemeriksaan dengan tonometer aplasti. Adanya peningkatan tekanan
intraokuli lebih dari 23 mHg memerlukan adanya evaluasi lanjut.
Secara fisiologik,
tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan terhambatnya aliran darah
menuju serabut saaraf optik dan ke retina.. Iskemia ini akan menimbulkan
kerusakan fungsi secara bertahap.
Apabila telah terjadi peningkatan tekanan intarokuler maka terjadi
penggaungan dan degenerasi syaraf opticus yang dapat disebabkan oleh beberapa
faktor :
1. Gangguan perdarahan pada papil yang
menyebabkan degenerasi berkas serabut syaraf pada papil saraf optik (gangguan
terjadi pada cabang-cabang sirkulus Zinn-Haller). Diduga gangguan ini
disebabkan oleh peninggian tekanan intraokuler
2. Tekanan intraokuler yang tinggi secara
mekanik menekan papil syaraf optik yang merupakan tempat dengan daya tahan
paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil syaraf otak relatif lebih kuat
daripada bagian tengah, sehingga terjadi penggaungan pada papil syaraf otak.
3. Sampai saat ini bagaimana sesungguhnya
patofisiologi kelainan ini masih diperdebatkan.
4. Kelainan lapangan pandang pada glaukoma
disebabkan oleh kerusakan serabut syaraf optik.
Kehilangan penglihatan pada kondisi
kerusakan saraf optik bersifat irreversibel (permanen).
Penatalaksanaan
Pengobatan
bertujuan untuk menurunkan produksi cairan humor aqueus dan meningkatkan aliran
keluar dari humour aqueus.
Teknik yang
digunakan meliputi mengkonstiksikan pupil dengan miotikum seperti penggunaan
pilokarpinehidrokloride. Miotikum menyebabkan kekaburan pandangan setelah 1-2
jam pengunaan.
Adapun obat yang
digunakan untuk menurunkan produksi cairan humour aqueus adalah agen beta
adrenergic bloking seperti latanoprost (Xalatan), timolol (Timopic) dan levobunolol
(Begatan).
Penggunaan Carbonik
anhidrase juga menurunkan produksi ccairan seperti asetazolamide (Acetazolam,
Diamox), dorzolamide(TruShop), methazolamide (Neptazane). Pengunaan epineprine
0,5 – 2,0 % juga dapat menurunkan produksi cairanhunor aqueus.
Dalam
pengobatannya, penggunaan obat tetes mata dan oral harus diberikan dan tidak
boleh terputus.
Jika obat tidak
dapat mengontrol galukoma dan TIO menetap, maka posedur berikutnya adalah
operasi. Tujuan operasi adalah pembukaan celah/kanal sclemm sehingga cairan
yang banyak diproduksi dapat keluar dengan mudah.
Tindakan pembedahan
yang mungkin dilakukan antara lain : Trabeculectomy, Laser Trabeuoplasty.
Jika gagal mungkin
dilakukan Cyclocryoteraphy (pemasangan selaput beku)
Penatalaksanaan keperawatan lebih menekankan
pada pendidikan terhadap penderita dan kelurganya karena 90 % dari penyakit
glaukoma meru[akan penyakit kronis dimana tidak dapat menimbulkan hasil
pengobatan yang permanen (deWitt, 1998) Adanya kegagalan dalam pengobatan untuk
megontrol glaukoma dan adanya pengabaian untuk mempertahankan pengobatan dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan secara progresif dan mengakibatkan kebutaan.
Pasien yang
mengalami Glaukoma harus mendapatkan gambaran tentang penyakit ini beserta
penatalaksanaannya, efek dari pengobatan dan tujuan akhir dari pengobatan itu.
Pendidikan kesehatan yang diberikan harus menekankan bahwa pengobatan bukan
untuk mengembalikan fungsi penglihatan namun hanya mempertahankan fungsi
penglihatan yang masih ada.(deWitt, 1998)
Penatalaksanaan Keperawatan
Pengkajian :
Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala :
|
Fatigue
|
Tanda :
|
Limitasi
aktivitas, gerakan terbatas, distraksi
|
2. Eliminasi
Gejala :
|
Riwayat
penyakit ginjal/gagal ginjal
Penurunan
frekuensi / jumlah urine
|
Tanda :
|
-
|
3. Nyeri dan Rasa Nyaman
Gejala :
|
nyeri
orbital, nyeri sekitar mata
|
Tanda :
|
Perilaku
distraksi
|
4. Keamanan
Gejala :
|
Riwayat
infeksi virus, bakteri dan jamur, riwayat bekerja di tambang dan pengnecoran,
riwayat trauma mata , riwayat jatuh/kecelakaan
|
Tanda :
|
Demam,
limitasi pandang, mudah jatuh
|
5. Pembelajaran
Gejala :
|
Adaptasi
visual, pengenalan lingkungan, pendidikan kesehatan tentang masalah dan
tujuan akhir dari pengobatan.
|
Dischard :
Planning
|
Rata-rata
perawatan 7 hari (tanpa operasi)
Kegiatan
bantuan dalam penyiapan makanan, transportasi, kebutuhan perawatan diri, dan
tugas dalam pemeliharaan kegiatan sehari-hari, adaptasi penglihatan (fisik
dan psikologis)
|
Prioritas
Keperawatan
Ä Menghilangkan nyeri (bila menyertai)
Ä Meningkatkan istirahat, memberikan bantuan
dalam perawatan diri
Ä Mencegah trauma akibat kehilangan kontrol
lingkungan
Ä Membantu dalam pengobatan/menghilangkan
penyebab yang mendasari
Ä Mengatasi penyakit sistemik dasar;
mencegah komplikasi
Ä Melakukan pendidikan kesehatan seputar
etiologi, penatalaksanaan dan pengobatan
Tujuan
Pemulangan
¨ Nyeri hilang atau terkontrol
¨ Mencapai tingkat aktivitas yang memuaskan
untuk memenuhi kebutuhan secara mandiri
¨ Perubahan gaya hidup dan adaptasi visual
Diagnosa
Keperawatan :
Perubahan Sensori Visual b.d defisit penglihatan
Kriteria hasil :
Individu akan :
-
Meningkatkan ketajaman
penglihatan
-
Mengenal gangguan sensori dan
kompensasinya terhadap perubahan
-
Mengidentifikasi bahaya
lingkungan
INTERVENSI
|
RASIONAL |
Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah
satu atau dua mata terlibat
|
Kebutuhan individu dan pilihan intervensi
bervariasi sebab kehilangan penglihatan umumnya terjadi akut dan progresif
|
Orientasikan pasien pada lingkungan, staf, orang
lain disekitarnya
|
Memberi peninngkatan kenyamanan dan
kekeluargaan, menurunkan cemas
|
Pendekatan dari sisi yang baik, sering
berbicara, dorong orang terdekat tinggal memperhatikan pasien
|
Memebri rangsang sensori tepat terhadap isolasi
|
Tempatkan barang-barang disisi penglihatan yang
baik
|
Memungkinkan klien melihat objek secara lebih
mudah
|
|
|
Resiko Cidera b.d penurunan lapang pandang
Kriteria
hasil :
-
Menyatakan faktor yang dapat
mengakibatkan cidera
-
Menunjukkan perubahan perilaku,
pola hidup untuk menurunkan faktor cidera
-
Mengubah lingkungan sesuai
indikasi untuk keamanan
INTERVENSI
|
RASIONAL |
Diskusikan tentang resiko cidera akibat
penurunan lapang pandang
|
Membantu mengurangi ansietas, meningkatkan rasa
aman
|
Batasi aktivitas, menggerakkan kepala tiba-tiba
|
Menurunkan tegangan pada mata, mencegah
kerusakan yang lebih parah
|
Pertahankan kebersihan area mata
|
Mencegah infeksi
|
Melakukan aktivitas bertahan dan sesui dengan
kondisi mata, ajarkan adaptasi aktiitas
|
Mencega trauma yang mungkin timbul selama
aktivitas. Aktifkan alat tubuh yang sesuai dengan bagian mata yang lebih baik
|
|
|
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan
pengobatan b.d kurang informasi
Sumber
:
Carpenito,
Linda J (1998) Buku Saku Diagnosa
Keperawatan, Edisi 6, Penerbit EGC, Jakarta
DeWitt,
Susan C (1998)) Essential of Medical
Surgical Nursing, 4th ed. W.B Saunders Co. Philadelphia, USA
Doengoes,M et all (2000) Rencana
Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan
pasien, edisi Indonesia, Penerbit EGC, Jakarta
Ilyas, dkk (1981) Sari Ilmu Penyakit
Mata, Penerbit FKUI, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar