Rabu, 26 Oktober 2011

GLAUKOMA


 Pengertian
Adalah suatu penyakit dimana terjadi peningkatan tekanan intraokuler, penggaungan  dan degenerasi syaraf optik serta defek lapang pandang yang khas(Ilyas, 1981)
Istilah glaukoma diberikan untuk setiap kondisi gangguan yang kompleks yang melibatkan banyak perubahan gejala dan tanda patologik, namun memiliki satu kharakteristik yang cukup jelas yaitu adanya peninggian tekanan intraokuli, yang menyebabkan kerusakan diskus optik (optic disc), menyebabkan atropi dan hilangnya pandangan periperal. (deWitt, 1998)
Glaukoma dapat timbul secara berlahan tanpa disertai dengan gajala-gajala yang mencurigakan, manun menimbulkan efek kebutaan irreversibel. Namun seringkali timbul secara mendadak dan menyebabkan kebutaan dalam waktu hitungan jam saja.          
Diagnosa pasti glaukoma baru dapat dibuat bila peninggian tekanan intraokuler telah memberikan keusakan pada papil syaraf optik. Salah satu atau semua tanda klinik dapat ditemukan pada pemeriksaan

Tanda dan Gejala :
-         Nyeri kepala
-         Tegang pada mata
-         Mual, muntah
-         Pandangan kabur sampai dengan menurun tiba-tiba
-         Sklera hiperemis
-         Tekanan Intarokuli meningkat
-         Oedema kornea
-         BMD dangkal

Etiologi
Penyebab adanya peningkatan tekanan intraokuli karena adanya perubahan anatomi sebagai bentuk gangguan penyakit mata lainnya, adanya trauma, dan adanya predisposisi faktor genetik. Seringkali glaukoma muncul sebagai manifestasi penyakit atau proses patologik dari sistem tubuh lainnya (deWitt, 1998)
Adapun faktor resiko timbulnya glaukoma antara lain :
-         Adanya riwayaat keluarga dengan glaukoma
-         Menderita Diabetes
-         Pada penderita kulit hitam

Klasifikasi :
Berdasarkan Penyebabnya :
1. Primer        : -   Glaukoma Sudut Terbuka
-         Glaukoma Sudut Tertutup
2. Sekunder
Diketahui sebab pasti dari Glaukoma ; seperti pada trauma, tumor, keradangan dan kelainan faskuler.
3. Tersier

Berdasarkan gambaran klinik dibedakan dalam glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup. Klasifikasi ini dibedakan menurut/mengacu pada lebar sudut/celah antara kornea dengan iris.

Berdasarkan perjalanan (onset) penyakit, Glaukoma dibedakan dalam glaukoma akut dan glaukoma kronis.

Patofisiologi
Tingginya tekanan intraokuler tergantung pada besarnya produksi humor aqueus oleh badan siliari dan penaliran keluarnya, Besarnya aliran keluar humour aqueus melalui sudut bilik mata depan juga tergantung pada keadaan kanal schlemm dan keadaan tekanan vena episklera. Tekanan intraokuler diangap normal bila kurang dari 20 mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer aplasti. Adanya peningkatan tekanan intraokuli lebih dari 23 mHg memerlukan adanya evaluasi lanjut.
Secara fisiologik, tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan terhambatnya aliran darah menuju serabut saaraf optik dan ke retina.. Iskemia ini akan menimbulkan kerusakan fungsi secara bertahap.  Apabila telah terjadi peningkatan tekanan intarokuler maka terjadi penggaungan dan degenerasi syaraf opticus yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
1.      Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan degenerasi berkas serabut syaraf pada papil saraf optik (gangguan terjadi pada cabang-cabang sirkulus Zinn-Haller). Diduga gangguan ini disebabkan oleh peninggian tekanan intraokuler
2.      Tekanan intraokuler yang tinggi secara mekanik menekan papil syaraf optik yang merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil syaraf otak relatif lebih kuat daripada bagian tengah, sehingga terjadi penggaungan pada papil syaraf otak.
3.      Sampai saat ini bagaimana sesungguhnya patofisiologi kelainan ini masih diperdebatkan.
4.      Kelainan lapangan pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut syaraf optik.

Kehilangan penglihatan pada kondisi kerusakan saraf optik bersifat irreversibel (permanen).




















 
Penatalaksanaan
Pengobatan bertujuan untuk menurunkan produksi cairan humor aqueus dan meningkatkan aliran keluar dari humour aqueus.
Teknik yang digunakan meliputi mengkonstiksikan pupil dengan miotikum seperti penggunaan pilokarpinehidrokloride. Miotikum menyebabkan kekaburan pandangan setelah 1-2 jam pengunaan.
Adapun obat yang digunakan untuk menurunkan produksi cairan humour aqueus adalah agen beta adrenergic bloking seperti latanoprost (Xalatan), timolol (Timopic) dan levobunolol (Begatan).
Penggunaan Carbonik anhidrase juga menurunkan produksi ccairan seperti asetazolamide (Acetazolam, Diamox), dorzolamide(TruShop), methazolamide (Neptazane). Pengunaan epineprine 0,5 – 2,0 % juga dapat menurunkan produksi cairanhunor aqueus.
Dalam pengobatannya, penggunaan obat tetes mata dan oral harus diberikan dan tidak boleh terputus.
Jika obat tidak dapat mengontrol galukoma dan TIO menetap, maka posedur berikutnya adalah operasi. Tujuan operasi adalah pembukaan celah/kanal sclemm sehingga cairan yang banyak diproduksi dapat keluar dengan mudah.
Tindakan pembedahan yang mungkin dilakukan antara lain : Trabeculectomy, Laser Trabeuoplasty.
Jika gagal mungkin dilakukan Cyclocryoteraphy (pemasangan selaput beku)

 Penatalaksanaan keperawatan lebih menekankan pada pendidikan terhadap penderita dan kelurganya karena 90 % dari penyakit glaukoma meru[akan penyakit kronis dimana tidak dapat menimbulkan hasil pengobatan yang permanen (deWitt, 1998) Adanya kegagalan dalam pengobatan untuk megontrol glaukoma dan adanya pengabaian untuk mempertahankan pengobatan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan secara progresif dan mengakibatkan kebutaan.
Pasien yang mengalami Glaukoma harus mendapatkan gambaran tentang penyakit ini beserta penatalaksanaannya, efek dari pengobatan dan tujuan akhir dari pengobatan itu. Pendidikan kesehatan yang diberikan harus menekankan bahwa pengobatan bukan untuk mengembalikan fungsi penglihatan namun hanya mempertahankan fungsi penglihatan yang masih ada.(deWitt, 1998)


Penatalaksanaan Keperawatan

Pengkajian :
Pengkajian
1.      Aktivitas / Istirahat
Gejala       :
Fatigue
Tanda       :
Limitasi aktivitas, gerakan terbatas, distraksi

2.      Eliminasi
Gejala       :
Riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal
Penurunan frekuensi / jumlah urine
Tanda       :
-

3.      Nyeri dan Rasa Nyaman
Gejala      :
nyeri orbital, nyeri sekitar mata
Tanda       :
Perilaku distraksi


4.      Keamanan
Gejala       :
Riwayat infeksi virus, bakteri dan jamur, riwayat bekerja di tambang dan pengnecoran, riwayat trauma mata , riwayat jatuh/kecelakaan
Tanda        :
Demam, limitasi pandang, mudah jatuh

5.      Pembelajaran
Gejala      :
Adaptasi visual, pengenalan lingkungan, pendidikan kesehatan tentang masalah dan tujuan akhir dari pengobatan.
Dischard : Planning  
Rata-rata perawatan 7 hari (tanpa operasi)
Kegiatan bantuan dalam penyiapan makanan, transportasi, kebutuhan perawatan diri, dan tugas dalam pemeliharaan kegiatan sehari-hari, adaptasi penglihatan (fisik dan psikologis)

Prioritas Keperawatan
Ä Menghilangkan nyeri (bila menyertai)
Ä Meningkatkan istirahat, memberikan bantuan dalam perawatan diri
Ä Mencegah trauma akibat kehilangan kontrol lingkungan
Ä Membantu dalam pengobatan/menghilangkan penyebab yang mendasari
Ä Mengatasi penyakit sistemik dasar; mencegah komplikasi
Ä Melakukan pendidikan kesehatan seputar etiologi, penatalaksanaan dan pengobatan

Tujuan Pemulangan
¨      Nyeri hilang atau terkontrol
¨      Mencapai tingkat aktivitas yang memuaskan untuk memenuhi kebutuhan secara mandiri
¨      Perubahan gaya hidup dan adaptasi visual


Diagnosa Keperawatan :
Perubahan Sensori Visual b.d defisit penglihatan

Kriteria hasil :
Individu akan :
-         Meningkatkan ketajaman penglihatan
-         Mengenal gangguan sensori dan kompensasinya terhadap perubahan
-         Mengidentifikasi bahaya lingkungan

INTERVENSI

RASIONAL

Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat
Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan umumnya terjadi akut dan progresif
Orientasikan pasien pada lingkungan, staf, orang lain disekitarnya
Memberi peninngkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas
Pendekatan dari sisi yang baik, sering berbicara, dorong orang terdekat tinggal memperhatikan pasien
Memebri rangsang sensori tepat terhadap isolasi
Tempatkan barang-barang disisi penglihatan yang baik
Memungkinkan klien melihat objek secara lebih mudah



Resiko Cidera b.d penurunan lapang pandang
Kriteria  hasil :
-         Menyatakan faktor yang dapat mengakibatkan cidera
-         Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor cidera
-         Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk keamanan

INTERVENSI

RASIONAL

Diskusikan tentang resiko cidera akibat penurunan lapang pandang
Membantu mengurangi ansietas, meningkatkan rasa aman
Batasi aktivitas, menggerakkan kepala tiba-tiba
Menurunkan tegangan pada mata, mencegah kerusakan yang lebih parah
Pertahankan kebersihan area mata
Mencegah infeksi
Melakukan aktivitas bertahan dan sesui dengan kondisi mata, ajarkan adaptasi aktiitas
Mencega trauma yang mungkin timbul selama aktivitas. Aktifkan alat tubuh yang sesuai dengan bagian mata yang lebih baik



Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan b.d kurang informasi

Sumber :
Carpenito, Linda J (1998) Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 6, Penerbit EGC, Jakarta
DeWitt, Susan C (1998)) Essential of Medical Surgical Nursing, 4th ed. W.B Saunders Co. Philadelphia, USA
Doengoes,M et all (2000) Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan pasien, edisi Indonesia, Penerbit EGC, Jakarta
Ilyas, dkk (1981) Sari Ilmu Penyakit Mata, Penerbit FKUI, Jakarta





Tidak ada komentar:

Posting Komentar