Rabu, 26 Oktober 2011

ENTROPION


 
1. Pengertian
Entropion adalah suatu keadaan dimana kelopak dan bulu mata bagian bawah membalik kedalam kearah bola mata.

2. Etiologi
kebanyakan kasus entropion terjadi karena pengenduran jaringan kelopak mata sebagai akibat proses penuaan. Beberapa kasus terjadi karena pembentukan jaringan parut pada permukaan dalam kelopak mata akibat luka baker kimia dan panas, peradangan atau reaksi alergi.  Kadang entropion merupakan bawaan lahir karena kelopak mata tidak terbentuk secara sempurna.

3.   Tanda dan Gejala
Pada kelopak mata entropion (biasanya kelopak bawah) melengkung kedalam. Kelopak mata yang menekuk kedalam dan bulu matanya akan mengiritasi kornea yang rapuh dan sensitive dan mata eksternal.
Efek yang biasa tampak pada entropion adalah pengeluaran air mata, infeksi kornea. Entropion juga menghambat penutupan yang kedap udara, sehingga meningkatkan risiko pemajanan mata.

4.   Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan pemeriksaan kelopak mata.


5.   Pengobatan
u Entropion harus diperbaiki melalui pembedahan sebelum gesekan kelopak dan bulu mata menyebabkan kerusakan kornea.
u Pembedahan biasanya dilakukan dengan bius local dan penderita tidak perlu dirawat.
u Dilakukan pengencangan kelopak mata.
u Setelah pembedahan, mata ditutup selama 24 jam dan diberikan salep antibiotic selama sekitar satu minggu.


MANAJEMENT KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Ø  Riwayat kesehatan pendahuluan diambil untuk menentukan masalah primer pasien, seperti : kesulitan membaca, pandangan kabur, rasa terbakar pada mata, mata basah, pandangan ganda, bercak dibelakang mata, atau hilangnya daerah penglihatan soliter (skotoma, myopia, hiperopia). Perawat harus   menetukan apakah masalahnya hanya mengenai satu atau dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita kelainan ini.
Ø  Mengeksplorasikan keadaan atau status okuler umum pasien : mengenakan kaca mata atau lensa kontak, dimana terakhir dikaji, apakah pasien mendapat asuhan teratur seorang ahli oftalmologi, pemeriksaan mata terakhir, pengukuran tekanan mata, kesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh, keluhan dalam membaca atau menonton televisi, membedakan warna, atau masalah penglihatan lateral atau perifer.
Ø  Apakah pasien mengalami cedera mata atau infeksi mata? Kapan?, masalah mata dalam keluarga.

Ø  Riwayat penyakit yang terakhir diderita pasien :
·         Masa kanank-kanak : strabismus, ambliopia, cedera.
·         Dewasa : glaucoma, katarak, cedera atau trauma mata, kesalahan refraksi yang dikoreksi atau tidak dikoreksi, dan bagaimana bentuk koreksinya. Pembedahan mata sebelumnya, adakah penyakit diabetes, hipertensi, gangguan thyroid, gangguan menular seksual, alergi, penyakit kardiovaskular dan kolagen, kondisi neurologik.
·         Penyakit keluarga : riwayat kelinan mata, pada family derajat pertama.
Ø  Pemahaman pasein mengenai perawatan dan penatalaksanaan mata harus digali untuk mengindetifikasi kesalahan konsepsi atau kesalahan informasi yang dapat dikoreksi sejak awal.

2.  Diagnosa Keperawatan
1)   Nyeri yang berhubungan dengan cedera, inflamasi, peningkatan TIO, atau intervensi bedah.
2)   Ketakutan dan ansietas yang berhubungan dengan gangguan penglihatan dan kehilangan otonomi.
3)   Perubahan persepsi sensori/persepsi (visual), yang berhubungan dengan trauma okuler, inflamasi, infeksi, tumor, penyakit structural, atau degenerasi sel fotosensitif.
4)   Kurang pengetahuan mengenai perawatan praoperasi dan pascaoperasi.
5)   Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
6)   Isolasi social yang berhungan dengan keterbatasan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas pengalih dan aktivitas social sekunder akibat kerusakan penglihatan.

3. Intervensi  dan Implementasi
1)   Meredakan nyeri :
 Balutan mata dapat membantu membatasi gerakan mata dan dan mengurangi nyeri yang diakibatkan  trauma, goresan kornea dan peningkatan tekanan dalam mata.
 Setelah pembedahan, istirahatkan mata dengan mengurangi pencahayaan, gunakan lampu pendar remang-remang untuk aktivitas.
 Instruksikan pasien menghindari membaca  untuk beberapa waktu setelah pembedahan atau penyakit mata.
 Mengurangi nyeri dengan teknik relaksasi.
 Kolaborasi pemberian analgetik dan antibiotic untuk mengontrol ketidaknyamanan.
2)   Mengurangi ketakutan dan ansietas :
 Memberitahukan tentang hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostic dan tentang diagnosis  kepada pasien.
 Libatkan pasien dalam rencana perawatan pasien.
3)   Mengurangi devrivasi sensori :
 Berikan reorientasi kepada pasien secara berkala terhadap realitas dan lingkungan dan berikan jaminan, penjelasan, dan pemahaman.
4)   Meningkatkan pengetahuan :
 Beritahukan kepada pasien tentang  rencana pembedahan dan persiapan yang dilakukan seningga pasien mengetahui dengan jelas tindakan perawtan yang dibutuhkan.
 Sebelum pembedahan oftalmik lakukan persiapan dengan perawatan yang cermat dan teliti sehingga komplikasi dapat diminimalkan, kenyamanan tercapai.
 Jelaskan mengenai penggunaan anastesi yang akan diberikan, misalnya, anastesi umum maka saluran pencernaan harus dievakuasi pagi sebelum pembedahan dan hanya makan makanan cair.
 Memberikan tetes mata sebelum pembedahan, dan mempersiapkan pasien sebaik mungkin.
 Berikan antibiotic preoperatif sesuai anjuran yang diresepkan.
 Setelah pembedahan balut mata, biarkan pasien tetap ditempat tidur dalam posisi telentang dengan bantal kesil dibawah kepala.
 Kolaborasi ahli oftalmologi bila ada laporan nyeri yang berlebihan setelah pembedahan
5)   Meningkatkan aktivitas perawatan diri :
 Motivasi pasien untuk melaksanakan perawatan diri optimal.
 Bantu aktivitas kehidupan sehari-hari sesuai keperluan pasien.
 Bila pasien tidak dapat melihat, bantu pasien makan dan dorong pasien untuk makan sendiri sesuai kemampuan pasien melakukannya.
 Instruksikan pasien untuk menghindari membaca sementara waktu.
 Tingkatkan defekasi optimal, kolaborasi pemberian pelunak feses.
 Botol obat dan instruksinya ditulis dengan huruf besar dan digunkan pencahayaan yang memadai.
 Tingkatkan kenyamanan lingkungan pasein.
6)   Mendorong sosialisasi dan ketrampilan koping :
 Lakukan pendekatan kepada pasien, berikan kesempatan pasien untuk mengekspresikan perasaannya.
 Bantu pasien dalam belajar melakukan  koping, dan menyesuaikan diri terhadap situasi.
 Dorong pasien untuk menerima pengunjung dan bersosialisasi.
 Bila pasien tertarik lakukan aktivitas pengalihan, jika diperbolehkan pasien mendengarkan radio, tape player, dan terapi okupasi untuk menjaga pikiran pasien tetap sibuk.
 Bila jelas terjadi kebutaan permanent lakukan penyuluhan ulang dalam pemenuhan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) oleh orang yang sudah dilatih secara khusus atau orang dengan kondisi dan keprihatinan yang sama.
4. Evaluasi
1)   Nyeri hilang atau terkontrol.
2)   Ansietas terkontrol.
3)   pencegahan deteriorisasi visual yang lebih berat.
4)   pemahaman dan penerimaan penanganan.
5)   pemenuhan aktivitas perawatan diri termasuk pemberian obat.
6)   pencegahan isolasi social.


 DAFTAR PUSTAKA


Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta ; EGC.
Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. 2002. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedolteran. Jakarta : Sagung Seto.
Smeltzer C. Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner & Suddarth Ed.8. Jakarta : EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar