A. Pengertian
HNP adalah Suatu nyeri yang
disebabkan oleh proses patologik dikolumna vertebralis pada diskus
intervertebralis (diskogenik) (Harsono, 1996)
HNP adalah keadaan dimana nukleus
pulposus keluar menonjol untuk kemudia menekan ke arah kanalis spinalis melalui
anulus fibrosis yang robek.
B. Etiologi
HNP terjadi karena proses
degenratif diskus intervetebralis
C. Insiden
Angka kejadi dan kesakitan banyak
terjadi pada usia pertengahan. Pada umumnya HNP didahului oelh aktiivtas yang
berlebihan, misalnya mengangkat beban berat (terutama mendadak) mendorong
barang berat. Laki—laki lebih banyak dari pada wanita
D. gejala
Gejala utama yang muncul adalah
rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan .
HNP terbagi atas :
1. HNP
sentral
HNP sentral akan menimbulkan
paraparesis flasid, parestesia, dan retensi urine
2. HNP
lateral
Rasa nyeri terletak pada punggung
bawah, ditengah-tengah abtra pantat dan betis, belakang tumit dan telapak
kaki.Ditempat itu juga akan terasa nyeri tekan. Kekuatan ekstensi jari ke V
kaki berkurang dan refleks achiler negatif. Pada HNP lateral L 4-5 rasa nyeri
dan tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral pantat, tungkai bawah bagian
lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan
refleks patela negatif. Sensibilitas [ada dermatom yang sdesuai dengan radiks
yang terkena menurun. Pada percobaan
lasegue atau test mengnagkat tungkai yang lurus (straigh leg raising) yaitu
mengangkat tungkai secara lurus dengan fleksi di sendi panggul, akan dirasakan
nyeri disepanjang bagian belakang (tanda lasefue positif). Valsava dab
nafsinger akan memberikan hasil posistif .
E. patofisiologi
Pada umumnya HNP didahului oeleh aktiivta
syang berat dengan keluahan utamanya adalah nyeri di punggung bawah disertai
nyeri otot sekitar lesi dan nyeri tekan . Hal ini desebabkan oleh spasme
otot-otot tersebut dan spasme menyebabkan mengurangnya lordosis lumbal dan
terjadi skoliosis.
F. Penatalaksanaan
1.
Terapi konservatif
a. Tirah
baring
Penderita hrus tetap berbaring di
tempat tidur selama beberapa hari dengan sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk dimana tungkai
dalam sikap fleksi pada sendi panggul dan lutut. tertentu. Tempat tidur tidak
boleh memakai pegas/per dengan demikina tempat tidur harus dari papan yang
larus dan diutu[ dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri
punggung bawah mekanik akut. Lama tirah baring tergantung pada berat ringannya
gangguan yang dirasakan penderita. Pada HNP memerlukan waktu yang lebih
lama. Setelah berbaring dianggp cukup
maka dilakukan latihan / dipasang korset
untuk mencegah terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi
fungsi-fungsi otot.
b. Medikamentosa
1. Symtomatik
Analgetik (salisilat,
parasetamol), kortikosteroid (prednison, prednisolon), anti-inflamasi
non-steroid (AINS) seperti piroksikan, antidepresan trisiklik ( amitriptilin),
obat penenang minor (diasepam, klordiasepoksid).
2. Kausal
Kolagenese
c. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermy
(pemanasan dengan jangkauan permukaan yang lebih dalam) untuk relaksasi otot
dan mengurnagi lordosis.
2.
Terapi operatif
Terapi operatif dikerjakan
apabila dengan tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, kambuh
berulang atau terjadi defisit neurologik
3.
Rehabilitasi
a.
Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula
b.
Agar tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam
melakkan kegiatan sehari-hari (the activity of daily living)
c.
Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia, infeksi
saluran kencing dan sebagainya).
II.
konsep keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas
HNP terjadi pada umur
pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan pekerjaan atau aktivitas
berat (mengangkat baran berat atau mendorong benda berat)
2. Keluahan Utama
Nyeri pada punggung bawah
P, trauma (mengangkat atau
mendorong benda berat)
Q, sifat nyeri seperti
ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul
atau kemeng yang terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri radikular
atau nyeri acuan (referred fain). Nyeri tadi bersifat menetap, atau hilang
timbul, makin lama makin nyeri .
R, letak atau lokasi nyeri
menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya sehingga letak nyeri dapat diketahui
dengan cermat.
S, Pengaruh posisi tubuh atau
atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi yang bagaimana yang
dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang
menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun tangga, menyapu, gerakan yang
mendesak. Obat-oabata yang ssedang diminum seperti analgetik, berapa lama
diminumkan.
T Sifanya akut, sub akut,
perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilng timbul, makin lama makin
nyeri.
3. Riwayat Keperawatan
a.
Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis,
keganasan (mieloma multipleks), metabolik (osteoporosis)
b.
Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa
menimbulkan nyeri punggung bawah
4. Status mental
Pada umumny aklien menolak bila
langsung menanyakan tentang banyak pikiran/pikiran sedang (ruwet). Lebih
bijakasana bila kita menanyakan kemungkinan adanya ketidakseimbangan mental
secara tidak langsung (faktor-faktor stres)
5. Pemeriksaan
- Pemeriksaan Umum
Ø
Keadaan umum
ü pemeriksaan
tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan jantung, paru-paru, perut.
ü Inspeksi
-
inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai
posisi dan gerakan untuk evalusi neyurogenik
-
Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus
lumbal,adanya angulus, pelvis ya ng miring/asimitris, muskulatur paravertebral
atau pantat yang asimetris, postur
tungkai yang abnormal.
-
Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai
selama begerak.
-
Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak
-
Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan,
perubahan warna kulit.
ü palpasi
dan perkusi
-
paplasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati
atau halus sehingga tidak membingungkan klien
-
Paplasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah
yang paling terasanyeri.
-
Ketika meraba kolumnavertebralis dicari kemungkinan
adanya deviasi ke lateral atau antero-posterior
-
Palpasi dna perkusi perut, distensi pewrut, kandung
kencing penuh dll.
Ø
Neuorologik
ü Pemeriksaan
motorik
-
Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai
bawah, kaki, ibu jari dan jari lainnya dengan menyuruh klien unutk melakukan
gerak fleksi dan ekstensi dengan menahan gerakan.
-
atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan
membandingkan kanan-kiri.
-
fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus)
pada otot-otot tertentu.
ü Pemeriksan
sensorik
Pemeriksaan rasa raba, rasa
sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi) untuk menentukan dermatom
mana yang terganggu sehingga dapat ditentuakn pula radiks mana yang terganggu.
ü pemeriksaan
refleks
-
refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring.duduk
dengan tungkai menjuntai), pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif.
-
Rfleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring ,
luutu posisi fleksi, tumit diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung
kaki ditahan dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles dipukul.
Pada aHNP lateral 4-5 refleks ini negatif.
ü Pemeriksaan
range of movement (ROM)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan
aktif atau pasif untuk memperkirakan derajat nyeri, functio laesa, atau untuk
mememriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri.
- Pemeriksaan penunjang
Ø
foto rontgen, Foto rontgen dari depan, samping,
dan serong) untuk identifikasi ruang antar vertebra menyempit. Mielografi
adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalu tindakan lumbal pungsi dan
pemotrata dengan sinar tembus. Apabila diketahiu adanya penyumbatan.hambatan kanalis
spinalis yang mungkin disebabkan HNP.
Ø
Elektroneuromiografi (ENMG)
Untuk menegetahui radiks mana
yang terkena / melihat adanya polineuropati.
Ø
Sken tomografi
Melihat gambaran vertebra dan
jaringan disekitarnya termasuk diskusi intervertebralis.
6. Penatalaksanaan
(lihat pada landsan teori)
7. Dignosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu
pernyataan dari masalah pasien yang nyata ataupun potensial dan membutuhkan
tindakan keperawatan sehingga masalah pasien dapat ditanggulangi atau dikurangi.
(Lismidar, 1990)
1) Nyeri
berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervetebralis
2) Cemas
berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri,
hilangnya fungsi
3) Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan
hemiparese/hemiplagia
4) Perubahan
eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan yang
tidak adekuat
5) Kurangnya
pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi
6) Resiko
gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama
B. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa
keperawatan maka perlu dibuat perencanaan intervensi keperawatan dan aktivitas
keperawatan. Tujuan perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan dan
mencegah masalah keperawatan klien. Tahapan perencanaan keperawatan klien
adalah penentuan prioritas diagnosa keperawatan,penetuan tujuan, penetapan
kriteria hasil dan menntukan intervensi keperawatan.
Rencana keperawatan dari diagnosa
keperawatan diatas adalah :
1. Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak penjepitan
saraf pada radiks intervertebralis
Tujuan
:
Nyeri
berkurang atau rasa nyaman terpenuhi
Kriteria
:
- Klien
mengatakan tidak terasa nyeri.
- lokasi
nyeri minimal
- keparahan
nyeri berskala 0
- Indikator
nyeri verbal dan noverbal (tidak menyeringai)
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Identifikasi klien dalam membantu menghilangkan rasa
nyerinya
|
Pengetahuan yang mendalam tentang nyeri dan kefektifan
tindakan penghilangan nyeri.
|
Berikan informasi tentang penyebab dan cara mengatasinya
|
Informasi mengurangi ansietas yang berhubungan dengan
sesuatu yang diperkirakan.
|
Tindakan penghilangan rasa nyeri noninvasif dan
nonfarmakologis (posisi, balutan (24-48 jam), distraksi dan relaksasi.
|
Tindakan ini memungkinkan klien untuk mendapatkan rasa
kontrol terhadap nyeri.
|
Terapi analgetik
|
Terapi farmakologi diperlukan untuk memberikan peredam nyeri.
|
2.
Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi,
nyeri, hilangnya fungsi,.
Tujuan
: Rasa cemas klien akan
berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
T Klien
mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.
T Respon
klien tampak tersenyum.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Diskusikan
mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi gerak untuk mempertahankan harapan
klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
2. Berikan
informasi mengenai klien yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang
dialami klien danmenjalani operasi
3. Berikan
informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat
membantu klien
4. Berikan
support sistem (perawat, keluarga atau teman dekat dan pendekatan spiritual)
5. Reinforcement
terhadap potensi dan sumber yang dimiliki berhubungan dengan penyakit,
perawatan dan tindakan
|
1. Menunjukkan
kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa menggunakan
alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya.
2. Harapan-harapan
yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan, justru malah menimbulkan ketidak percayaan
klien terhadap perawat.
3. Memungkinkan
klien untuk memilih metode komunikasi yang paling tepat untuk kehidupannya
sehari-hari disesuaikan dnegan tingkat keterampilannya sehingga dapat
mengurangi rasa cemas dan frustasinya.
4. Dukungan
dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat membantu
klien.
5. Agar
klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang dapat
mendukung dia untuk berkomunikasi.
|
3. Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia
Tujuan
:
Klien mampu
melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria
hasil
-
Tidak terjadi kontraktur sendi
-
Bertabahnya kekuatan otot
-
Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a) Ubah
posisi klien tiap 2 jam
b) Ajarkan
klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit
c) Lakukan
gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit
d) Kolaborasi
dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
|
a) Menurunkan
resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada
daerah yang tertekan
b) Gerakan
aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung
dan pernapasan
c) Otot volunter akan kehilangan tonus dan
kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan
|
4. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi,
nyeri
Tujuan
Kebutuhan perawatan diri klien
terpenuhi
Kriteria hasil
-
Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai
dengan kemampuan klien
-
Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas
untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a. Monitor
kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan perawatan diri
b. Beri
motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas dan beri bantuan dengan
sikap sungguh
c. Hindari
melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan klien sendiri, tetapi
berikan bantuan sesuai kebutuhan
d. Berikan
umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukannya atau
keberhasilannya
e. Kolaborasi
dengan ahli fisioterapi/okupasi
|
a. Membantu
dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual
b. Meningkatkan
harga diri dan semangat untuk berusaha terus-menerus
c. Klien
mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan
yang diberikan bermanfaat dalam mencegah frustasi, adalah penting bagi klien
untuk melakukan sebanyak mungkin untuk diri-sendiri untuk emepertahankan
harga diri dan meningkatkan pemulihan
d. Meningkatkan
perasaan makna diri dan kemandirian serta mendorong klien untuk berusaha
secara kontinyu
e. Memberikan
bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana terapi dan mengidentifikasi
kebutuhan alat penyokong khusus
|
5. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubngan dengan imobilisasi,
intake cairan yang tidak adekuat
Tujuan
Klien tidak
mengalami kopnstipasi
Kriteria hasil
-
Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa
menggunakan obat
-
Konsistensifses lunak
-
Tidak teraba masa pada kolon ( scibala )
-
Bising usus normal ( 15-30 kali permenit )
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a) Berikan
penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab konstipasi
b) Auskultasi
bising usus
c) Anjurkan
pada klien untuk makan maknanan yang mengandung serat
d) Berikan
intake cairan yang cukup (2 liter perhari) jika tidak ada kontraindikasi
e) Lakukan
mobilisasi sesuai dengan keadaan klien
f) Kolaborasi
dengan tim dokter dalam pemberian pelunak feses (laxatif, suppositoria,
enema)
|
a.
Klien dan keluarga akan mengerti tentang penyebab
obstipasi
b.
Bising usu menandakan sifat aktivitas peristaltik
c.
Diit seimbang tinggi kandungan serat merangsang
peristaltik dan eliminasi reguler
d.
Masukan cairan adekuat membantu mempertahankan
konsistensi feses yang sesuai pada usus dan membantu eliminasi reguler
e.
Aktivitas fisik reguler membantu eliminasi dengan
memperbaiki tonus oto abdomen dan merangsang nafsu makan dan peristaltik
f.
Pelunak feses meningkatkan efisiensi pembasahan air
usus, yang melunakkan massa feses dan membantu eliminasi
|
6. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring
lama
Tujuan
Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit
Kriteria hasil
-
Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka
-
Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka
-
Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a. Anjurkan
untuk melakukan latihan ROM (range of motion) dan mobilisasi jika mungkin
b. Rubah
posisi tiap 2 jam
c. Gunakan
bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang menonjol
d. Lakukan
massage pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada waktu
berubah posisi
e. Observasi
terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan
dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi
f. Jaga
kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas terhadap kulit
|
a.
Meningkatkan aliran darah kesemua daerah
b.
Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah
c.
Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang
menonjol
d.
Menghindari kerusakan-kerusakan kapiler-kapiler
e.
Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan
f.
Mempertahankan keutuhan kulit
|
C. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan keperawatan ini
merupakan realisasi dari rencana tindakan keperawatan yang diberikan pada
klien.
D. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam
proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang di sengaja dan terus-menerus
dengan melibatkan klien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal
ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi, dan strategi
evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.
(Lismidar, 1990)
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,
Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa
Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.
Doenges,
M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana
Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Engram,
Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah, Volume 3, EGC, Jakarta.
Harsono, 1996, Buku Ajar Neurologi Klinis, Edisi 1,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Harsono, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Hudak
C.M.,Gallo B.M.,1996, Keperawatan Kritis,
Pendekatan Holistik, Edisi VI, Volume II, EGC, Jakarta.
Ignatavicius
D.D., Bayne M.V., 1991, Medical Surgical
Nursing, A Nursing Process Approach, An HBJ International Edition, W.B.
Saunders Company, Philadelphia.
Juwono, T.,
1996, Pemeriksaan Klinik Neurologik Dalam
Praktek, EGC, Jakarta.
Mardjono M.,
Sidharta P., 1981, Neurologi Klinis Dasar,
PT Dian Rakyat, Jakarta.
Satyanegara,
1998, Ilmu Bedah Saraf, Edisi Ketiga,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.