Selasa, 18 Februari 2014

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

A.     Definisi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 250 gram (WHO, 1961), sedangkan bayi dengan berat badan kurang dari 1500 gr termasuk bayi dengan berat badan lahir sangat rendah. Pada kongres European Prenatal Medicine II (1970) di London diusulkan definisi sebagai berikut:
-          Preterin Infant (bayi kurang bulan: masa gestasi kurang dari 269 hari (37mg).
-          Term infant (bayi cukup bulan: masa gestasi 259-293 hari (37 – 41 mg).
-          Post term infant (bayi lebih bulan, masa gestasi 254 hari atau lebih (42 mg/lebih).
Dengan pengertian di atas, BBRL dibagi atas dua golongan:
  1. Prematuritas murni kurang dari 37 hari dan BB sesuai dengan masa kehamilan/ gestasi (neonatus kurang bulan - sesuai masa kehamilan/ NKB-SMK).
  2. Dismatur, BB kurang dari seharusnya untuk masa gestasi/kehamilan akibat bayi mengalami retardasi intra uteri dan merupakan bayi yang kecil untuk masa pertumbuhan (KMK). Dismatur dapat terjadi dalam preterm, term dan post term yang terbagi dalam :
* Neonatus kurang bulan – kecil untuk masa kehamilan (NKB- KMK).
* Neonatus cukup bulan – kecil untuk masa kehamilan (NCB – KMK).
* Neonatus lebih bulan – kecil untuk masa kehamilan (NLB – KMK).
B.     Etiologi BBLR
  1. Faktor ibu :
-          Riwayat kelahiran prematur sebelumnya
-          Perdarahan antepartum
-          Malnutrisi
-          Hidromion
-          Penyakit jantung/penyakit kronis lainnya
-          Umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
-          Jarak dua kehamilan yang terlalu dekat
-          Infeksi
-          Penderita DM berat
  1. Faktor Janin :
-          Cacat bawaan
-          Kehamilan ganda/gemili
-          Ketuban pecah dini/KPD
  1. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
  2. Kebiasaan
  3. Idiopatik

C.     Tanda-tanda bayi BBLR
a.       BB < 250 gram, TB < 45 cm, lingkar dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm.
b.      Tanda-tanda neonatus :
1.      Kulit keriput tipis, merah, penuh bulu-bulu halus (lanugo) pada dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak alam jaringan sub-kutan sedikit.
2.      Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari.
3.      Bayi prematur laki-laki testis belum turun dan pada bayi perempuan labia minora lebih menonjol.
c.       Tanda-tanda fisiologis :
1.      Gerak pasif dan tangis hanya merintih walaupun lapar, lebih banyak tidur dan malas.
2.      Suhu tubuh mudah berubah menjadi hipotermis.

D.    Penatalaksanaan BBLR
  1. Pengaturan suhu
Untuk mencegah hipotermi, diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan istirahat konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam inkubator maka suhunya untuk bayi dengan BB 2 kg adalah 35°C dan untuk bayi dengan BB 2 – 2,5 kg adalah 34°C. Bila tidak ada inkubator, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat yang telah dibungkus dengan handuk atau lampu petromak di dekat tidur bayi. Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum, warna kulit, pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit dapat dikenali sedini mungkin.
  1. Pengaturan makanan/nutrisi
Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur adalah sedikit demi sedikit. Secara perlahan-lahan dan hati-hati. Pemberian makanan dini berupa glukosa, ASI atau PASI atau mengurangi resiko hipoglikemia, dehidrasi atau hiperbilirubinia. Bayi yang daya isapnya baik dan tanpa sakit berat dapat dicoba minum melalui mulut. Umumnya bayi dengan berat kurang dari 1500 gram memerlukan minum pertama dengan pipa lambung karena belum adanya koordinasi antara gerakan menghisap dengan menelan.
            Dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 ml larutan glukosa 5 % yang steril untuk bayi dengan berat kurang dari 1000 gram, 2 – 4 ml untuk bayi dengan berat antara 1000-1500 gram dan 5-10 ml untuk bayi dengan berat lebih dari 1500 Gr.
            Apabila dengan pemberian makanan pertama bayi tidak mengalami kesukaran, pemberian ASI/PASI dapat dilanjutkan dalam waktu 12-48 jam.
  1. Mencegah infeksi
Bayi prematur mudah terserang infeksi. Hal ini disebabkan karena daya tubuh bayi terhadap infeksi kurang antibodi relatif belum terbentuk dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik. Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut:
-          Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir selama 2 menit sebelum masuk ke ruang rawat bayi.
-          Mencuci tangan dengan zat anti septic/ sabun sebelum dan sesudah memegang seorang bayi.
-          Mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan semua benda yang berhubungan dengan bayi.
-          Membatasi jumlah bayi dalam satu ruangan.
-          Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke ruang rawat bayi.

E.     Prognosis BBLR
Prognosis tergantung berat ringannya masalah prenatal, selain itu juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dam perawatan saat hamil, persalinan dan perawatan post – natal.






ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BBLR
A.        Pengkajian
1.      Biodata
a.       Identitas bayi: Nama, jenis kelamin, BB, TB, LK, LD.
b.      Identitas orang tua: Nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat.
c.       Keluhan utama: BB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm, hipotermi.
d.      Riwayat penyakit sekarang.
e.       Riwayat penyakit keluarga.
f.       Riwayat penyakit dahulu.
2.      Pemeriksaan fisik biologis
·         Ibu
-          Riwayat kehamilan dan umur kehamilan.
-          Riwayat persalinan dan proses pertolongan persalinan yang dahulu dan sekarang.
-          Riwayat fisik dan kesehatan ibu saat pengkajian.
-          Riwayat penyakit ibu.
-          Psikososial dan spiritual ibu.
-          Riwayat perkawinan.
·         Bayi
-          Keadaan bayi saat lahir; BB < 2500 gr, PB < 45 cm, LK 33 cm, LD < 30 cm.
-          Inspeksi
1.      Kepala lebih besar daripada badan, ubun-ubun dan sutura lebar.
2.      Lanugo banyak terdapat pada dahi, pelipis, telinga dan tangan.
3.      Kulit tipis, transparan dan mengkilap.
4.      Rambut halus, tipis dan alis tidak ada.
5.      Garis telapak kaki sedikit.
6.      Retraksi sternum dengan iga
7.      Kulit menggantung dalam lipatan (tidak ada lemak sub kutan).
-          Palpasi
1.      Hati mudah dipalpasi.
2.      Tulang teraba lunak.
3.      Limpa mudah teraba ujungnya.
4.      Ginjal dapat dipalpasi.
5.      Daya isap lemah.
6.      Retraksi tonus – leher lemah, refleks Moro (+).
-          Perkusi
-          Auskultasi
1.      Nadi lemah.
2.      Denyut jantung 140 – 150 x/menit, respirasi 60 x/menit.

B.         Diagnosa dan Rencana Keperawatan
1.      Gangguan pemenuhan 02 berbanding dengan surfectan, pertumbuhan dan perkembangan paru yang belum sempurna, otot pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang melengkung serta refleks batuk yang belum sempurna.
Tujuan     :   kebutuhan pernafasan dapat terpenuhi secara adekuat dengan kriteria:
-          Bernapas dengan bebas dan lancar.
-          Tidak ada sianosis, warna kulit merah.
-          Tidak ada apnea, ataupun tachipnea.
-          Frekuensi nafas dalam batas normal 40 – 60 X/menit. Pernafasan chegne stokes.
Intervensi  :
-          Beri rangsangan taktil sedini mungkin.
-          Observasi pernafasan setiap 5 menit.
-          Atur posisi bayi dengan kepala ekstensi.
-          Awasi perdarahan, monitor USG atau CT-Scan.
-          Terapi O2 2 Lt/menit.
-          Kolaborasi obat-obatan.

2.      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan refleks menghisap dan menelan yang belum sempurna, distensi abdomen, volume lambung berkurang, daya untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak, laktosa, vitamin yang larut dalam lemak berkurang, kerja spinkter esophagus teratur.
Tujuan     :   kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria:
-          Refleks menelan dan isap adekuat.
-          Turgor kulit membaik, kulit lembut dan tidak lembab.
-          Mata tidak cekung.
-          BAB dab BAK lancar.
Intervensi  :
-          Berikan ASI dan PASI normal, bila tidak mungkin berikan personde.
-          Berikan ASI dalam jumlah besar dan relatif bertambah.
-          Monitor BB setiap hari.
-          Observasi intake dan out put pagi.
-          Pemberian infus glukosa.

3.      Gangguan regulasi suhu tubuh berbanding dengan evaporasi yang berlebihan akibat berkurangnya jaringan lemak bawah kulit, permukaan kulit, permukaan tubuh yang relatif lebih luas dari PB, otot yang tidak aktif atau kurang pergeseran. Produksi panas yang berkurang akibat kurangnya lemak dan pusat regulasi yang belum sempurna.
Tujuan       :   suhu tubuh dalam batas normal dan tidak hipotermi.
Intervensi  :
-          Rawat bayi dalam inkubator bersuhu 34 - 35°C.
-          Pertahankan suhu lingkungan adekuat.
-          Hindari bayi dimandikan.
-          Monitor suhu tubuh setiap 15 menit.

4.      Potensial infeksi berhubungan dengan rendahnya kadar Ig G, relatif belum membentuk antibodi, daya fagositosis dan reaksi peradangan yang belum baik.
Tujuan       :   tidak ada infeksi / bayi terhindar dari infeksi dengan kriteria:
-          Kulit bersih dan tidak lembab.
-          Mata tidak ada kotoran.
-          Kuku terpotong pendek dan bersih.
-          Rambut bersih.
Intervensi  :
-          Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
-          Hindari kelelahan fisik dengan menyentuh seminimal mungkin.
-          Lakukan parasat dengan teknik aseptic.
-          Batasi kontak langsung dengan bayi.
-          Observasi tanda-tanda infeksi.
-          Kulit dan tali pusat terawat dan dibersihkan.
-          Ciptakan lingkungan yang bersih dan sterilkan alat secara teratur.
-          Bersihkan tempat tidur bayi dengan menggunakan cairan antiseptic sekali seminggu.

5.      Potensial kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tipisnya kulit dan kurang pergerakan.
Tujuan       :   disintegrasi kulit dapat dicegah.
Intervensi  :
-          Batasi daerah genital dan sekitar setelah BAB dan BAK.
-          Seka tubuh bayi dengan air hangat jika memungkinkan.
-          Berikan baby oil pada kulit yang kering dan terkelupas.
-          Beri talk secara merata, tidak tebal pada bagian tubuh yang terkena.
-          Ganti popok setiap kali basah/kotor.
-          Observasi tanda-tanda kemerahan, ruam popok, infeksi.


Daftar Pustaka
1.      Mahdiyat, Iskandar, 1985, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. FK UI.
2.      Pusdiknakes. 1984. Perawatan Bayi dan Anak. Depkes RI : Jakarta
3.      Pusdiknakes. 1995. Asuhan Keperawatan Anak dalam Konteks Keluarga. Depkes RI: Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar