Selasa, 01 November 2011

Hepatoma


I.          PENGERTIAN

            Hepatoma sinonim = Kanker Hati Primer, Karsinoma Hepatoseluler adalah : proses keganassan pada hati.
Tumor ganas primer pada hati yang berasal dari sel parenkim atau epitel saluran empedu atau metastase dari tumor jaringan lainnya.
PATOFISIOLOGI
Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya yang disebabkan oleh alkoholik dan postnekrotik.
Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati  yang disertai pembesaran hati mendadak.
Tumor hati yang paling sering adalah metastase tumor ganas dari tempat lain. Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker. Hal ini benar, khususnya untuk keganasan pada saluran pencernaan, tetapi banyak tumor lain juga memperlihatkan kecenderungan untuk bermestatase ke hati, misalnya kanker payudara, paru-paru, uterus, dan pankreas.
Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi. \

1.         PATOLOGI

a.         Ada 2 type :

1. Type masif          -  tumor tunggal di lobus kanan.
2. Type Nodule       -  tumor multiple kecil-kecil dalam ukuran yang tidak sama.
Penyebarannya   :
1.      Intrahepatal.
2.      Ekstrahepatal.
ETIOLOGI
  • Virus Hepatitis B dan Virus Hepatitis C
  • Bahan-bahan Hepatokarsinogenik  :
§  Aflatoksin
§  Alkohol
§  Penggunaan steroid anabolic
§  Penggunaan androgen yang berlebihan
§  Bahan kontrasepsi oral
§  Penimbunan zat besi yang berlebihan dalam hati (Hemochromatosis)
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
·         Laboratorium:
q  Darah lengkap ; SGOT,SGPT,LDH,CPK, Alfa fetoprotein ³ 500 mg/dl, HbsAg positf dalam serum, Kalium, Kalsium.
·         Radiologi ; Ultrasonografi (USG)/C-7 Scan (Sidik Tomografi Komputer),CT-Scan, Thorak foto, Arteriography, Angiografi Hepatik, Skintigrafi Hepatik
·         Biopsi jaringan hati dilakukan dengan tuntunan USG atau laparoskopi
PENGOBATAN
·         Reseksi segmen atau lobus hati
·         Pemberian kemoterapi secara infus
·         Penyinaran .
PROGNOSA
Tumor ganas  memiliki prognosa yang jelek dapat terjadi perdarahan dan akhirnya  kematian. Dan proses ini berlangsung antara 2 - 6 bulan atau beberapa tahun.
Fase dini                   : Dengan tindakan operasi berupa  reseksi dari tumor prognosa baik, penderita dapat hidup dalam waktu yang cukup lama.
Fase lanjut                : Dimana tindakan tidak mempunyai arti lagi, kematian dapat terjadi dalam   2 – 6 bulan setelah diagnosa ditegakkan.
PENYULIT
1.      Metastasis.
2.      Ruptur.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HEPATOMA

I. PENGKAJIAN
1.  Biodata
Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang, status sosial ekonomi, adat / kebudayaan, dan keyakinan spiritual, sehingga mudah dalam komunikasi dan menentukan tindakan keperawatan yang sesuai.
2.   Riwayat Keperawatan
Keluhan utama : Adanya pembesaran hepar yang dirasakan semakin mengganggu sehingga bisa menimbulkan keluhan sesak napas yang dirasakan semakin berat disamping itu disertai nyeri abdomen.
a.       Riwayat Penyakit sekarang
Riwayat Penyakit Sekarang dapat diperoleh melalui orang lain  atau dengan klien itu sendiri.
b.      Riwayat Penyakit Dahulu
      Riwayat Penyakit Dahulu dikaji untuk mendapatkan data mengenai penyakit yang    pernah diderita oleh klien.
c.       Riwayat Penyakit Keluarga
      Riwayat Penyakit Keluarga dikaji untuk mengetahui data mengenai penyakit yang  pernah dialami ol eh  anggota keluarga.
3. Pemeriksaan Fisik

2.          Gejala klinik

Fase dini          : Asimtomatik.
Fase lanjut       :Tidak dikenal simtom yang patognomonik.
Keluhan berupa nyeri abdomen, kelemahan dan penurunan berat badan, anoreksia, rasa penuh setelah makan terkadang disertai muntah dan mual. Bila ada metastasis ke tulang penderita mengeluh nyeri tulang.
Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan :
1.      Ascites
2.      Ikterus
3.      Splenomegali, Spider nevi, Eritema palmaris, Edema.
Secara umum pengkajian Keperawatan pada klien dengan kasus Hepatoma, meliputi :
·         Gangguan metabolisme
·         Perdarahan
·         Asites
·         Edema
·         Hipoalbuminemia
·         Jaundice/icterus
·         Komplikasi endokrin
·         Aktivitas terganggu akibat pengobatan

3.         II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan pengkajian di atas maka diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah:
1.         Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi paru (ascites dan penekanan diapragma)
2.         Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan dengan adanya penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites).
3.         Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan  berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi.
4.         Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan nyeri.
5.         Gangguan aktifitas berhubungan dengan sesak dan nyeri
6.         Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang diderita.
 RENCANA  ASUHAN KEPERAWATAN
1.         Diagnosa keperawatan : Ketidakefektifan pernapasan berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi paru (ascites dan penekanan diapragma)
Tujuan  : Setelah dilakukan tindakan keperawatan  diharapakan pernapasan efektif kembali
Kriteria : Tidak mengeluh sesak napas, RR 20 – 24 X/menit. Hasil Lab BGA  Normal
Intervensi :
1)      Pertahankan Posisi semi fowler.
Rasional : Posisi ini memungkinkan tidak terjadinya penekanan isi perut terhadap diafragma sehingga meningkatkan ruangan untuk ekspansi paru   yang maksimal. Disamping itu posisi ini juga mengurangi peningkatan volume darah paru sehingga memperluas ruangan yang dapat diisi oleh udara.
2)      Observasi gejala kardinal dan monitor tanda – tanda ketidakefektifan jalan napas.
Rasional : Pemantau lebih dini terhadap perubahan yang terjadi sehingga dapat diambil tindakan penanganan segera.
3)      Berikan penjelasan tentang penyebab sesak dan motivasi utuk membatasi aktivitas.
Rasional : Pengertian klien akan mengundang partispasi klien dalam mengatasi permasalahan yang terjadi.
4)      Kolaborasi dengan tim medis (dokter) dalam pemberian Oksigen dan pemeriksaan Gas darah.
Rasional : Pemberian oksigen akan membantu pernapasan sehingga eskpasi paru dapat maksimal.
                                    Pemeriksaan gas darah untuk mengetahui kemampuan bernapas.

2.         Diagnosa keperawatan : Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan denganadanya penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites).
Tujuan  : Setelah dilakukan tindakkan keperawatan  diharapakn nyeri dapat berkurang atau Pasien bebas dari nyeri.
Kriteria : Tidak mengeluh nyeri abdomen, tidak meringis, Nadi 70 – 80 x/menit.
Intervensi :
5)      Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik.
Rasional : Analgesik bekerja mengurangi reseptor nyeri dalam mencapai sistim saraf sentral.
6)      Atur posisi klien yang enak sesuai dengan  keadaan.
Rasional : Dengan posisi miring ke sisi yang sehat disesuaikan dengan gaya gravitasi,maka dengan miring kesisi yang sehat maka terjadi pengurangan  penekanan sisi yang sakit.
7)      Awasi respon emosional klien terhadap proses nyeri.
Rasional : Keadaan emosional mempunyai dampak pada kemampuan klien untuk         menangani nyeri.
8)      Ajarkan teknik pengurangan nyeri dengan teknik  distraksi.
Rasional : Teknik distraksi merupakan teknik pengalihan perhatian sehingga mengurangi emosional dan kognitif.
9)      Observasi tanda-tanda vital.
Rasional  :   Deteksi dini adanya kelainan
3.         Diagnosa keperawatan: Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan  berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi.
Tujuan  : Kebutuhan nutrisi terpeniuhi.
Kriteria : Kriteria berat badan naik, klien mau mengkonsumsi makanan yang di sediakan.
Intervensi :
1)      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin.
Rasional : Dengan pemberian vitamin membantu proses metabolisme, mempertahankan fungsi berbagai jaringan dan membantu pembentukan sel baru.
2)      Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh dan diit yang di tentukan dan tanyakan kembali apa yang telah di jelaskan.
Rasional : Pengertian klien tentang nutrisi mendorong klien untuk mengkonsumsi makanan sesuai diit yang ditentukan dan umpan balik  klien tentang penjelasan merupakan tolak ukur penahanan klien  tentang nutrisi
3)      Bantu klien dan keluarga mengidentifikasi  dan memilih makanan yang mengandung kalori dan protein tinggi.
Rasional : Dengan mengidentifikasi berbagai jenis makanan yang telah di tentukan.
4)      Identifikasi busana klien buat padan yang ideal dan tentukan kenaikan berat badan yang diinginkan berat badan ideal.
      Rasional : Diharapkan klien  kooperatif.
5)      Sajikan makanan dalam keadaan menarik dan hangat.
Rasional : Dengan penyajian yang menarik diharapkan dapat meningkatkan selera    makan.
6)      Anjurkan pada klien untuk menjaga kebersihan mulut.
Rasional : Dengan kebersihan mulut menghindari rasa mual sehingga diharapkan menambah rasa.
7)      Monitor kenaikan berat badan
Rasional : Dengan monitor  berat badan merupakan sarana untuk mengetahui perkembangan asupan nutrisi klien.
4.         Diagnosa keperawatan : Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan nyeri.
Tujuan  : Setelah dilakukan tindakan perawatan  diharapakn tidur terpenuhi sesuai kebutuhan
Kriteria : klien mengatakan sudah dapat tidur.
Intervensi :
1)      Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen dan analgesik
Rasional : Dengan penambahan suplay O2 diharapkan sesak nafas berkurang   sehingga klien dapat istirahat.
2)      Beri suasana yang nyaman  pada klien dan beri posisi yang menyenangkan yaitu kepala lebih tinggi:
Rasional:  Suasana yang nyaman mengurangi rangsangan ketegangan dan sangat membantu untuk bersantai dan dengan posisi lebih tinggi diharapkan membantu paru – paru untuk melakukan ekspansi optimal.
3)       Berikan penjelasan terhadap klien pentingnya istirahat tidur.
Rasional :  Dengan penjelasan diharapkan klien termotivasi untuk memenuhi   kebutuhan istirahat sesuai dengan kebutuhan.
4)      Tingkat relaksasi menjelang tidur.
Rasional :  Diharapkan dapat mengurangi ketegangan otot dan pikiran lebih tenang.
5)      Bantu klien untuk melakukan kebiasaannya menjelang tidur.
Rasional :   Dengan tetap tidak mengubah pola kebiasaan klien mempermudah klien untuk beradaptasi dengan lingkungan.
5.         Diagnosa keperawatan : Gangguan aktifitas berhubungan dengan sesak dan nyeri.
Tujuan  : Setelah dilakukan tindakan perawatan  diharapkan klien dapat melakukan aktivtas dengan bebas.
Kriteria :  Klien dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
Intervensi :
1)      Bimbing klien melakukan  mobilisasi secara bertahap.
Rasional : Dengan latihan secara bertahap klien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
2)      Latih klien dalam memenuhi kebutuhan dirinya.
Rasional : Diharapkan ada upaya  menuju kemandirian.
3)      Ajarkan pada klien menggunakan teknik relaksasi yang merupakan salah satu teknik pengurangan nyeri.
Rasional : Pengendalian nyeri merupakan pertahanan otot dan persendian dengan optimal.
4)      Jelaskan tujuan aktifitas ringan.
Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien kooperatif.
5)      Observasi reaksi nyeri dan sesak saat melakukan aktifitas.
Rasional : Dengan mobilisasi terjadi penarikan otot, hal ini dapat meningkatkan rasa nyeri.
6)      Anjurkan klien untuk mentaati terapi yang diberikan.
Rasional : Diharapkan klien dapat kooperatif.
6.         Diagnosa Keperawatan : Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan   tentang penyakit yang diderita.
           Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan cemas berkurang.
           Kriteria  : Klien tenang, klien mampu bersosialisasi.
           Intervensi :
1.          Berikan dorongan pada klien untuk mendiskusikan perasaannya mengemukakan persepsinya tentang kecemasannya.
Rasional :  Membantu klien dalam memperoleh kesadaran dan memahami keadaan diri yang sebenarnya.
2.          Jelaskan pada klien setiap melakukan prosedur baik keperawatan maupun tindakan medis.
Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien kooperatif dan mengurangi kecemasan klien
3.   Kolaborasi dengan dokter untuk penjelasan tentang penyakitnya.
            Rasional : Dengan penjelasan dari petugas kesehatan akan menambah kepercayaan terhadap apa yang dijelaskan sehingga cemas klien berkurang.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

      Carpernito, Lynda Juall . 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta, EGC
      Gale, Danielle, Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, Jakarta,    EGC.
      Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam FK. Unair RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 1994, Pedoman  Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo  Surabaya.
Marilyn E. Doenges, Merry Frances Mourhouse, Allice C. Glisser. 2000. Nursing Care Planning Guidelines For Planning and Documenting Patient Care. Third Edition.Philadelphia FA. Davis. Company.
Soeparman, Sarwono Maspadji 1990. Ilmu Penyakit Dalam II Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
LAB/UPF Ilmu Penyakit Paru FK. Unair. RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 1994 Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Marilyn E. Doenges, Merry Frances Mourhouse, Allice C. Glisser. 1986. Nursing Care Planning Gidelines For Planning Patient care. Second Edition.Philadelphia FA. Davis. Company.

Med Muhammad Amin DKK. 1993. Pengantar ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga.

Soeparman, Sarwono Maspadji 1990. Ilmu Penyakit Dalam II Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Karsinoma sekum

A.       Pengertian

Karsinoma sekum merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang khusus menyerang bagian sekum yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali.

B.        Insidens dan Faktor Risiko

Kanker yang ditemukan pada kolon dan rektum 16 % di antaranya menyerang sekum terutama terjadi di negara-negara maju dan lebih tinggi pada laki-laki daripada wanita. Beberapa faktor risiko telah diidentifikasi sebagai berikut:

1.      Kebiasaan diet rendah serat.

2.      Polyposis familial

3.      Ulcerasi colitis

4.      Deversi colitis

 C.       Patofisiologi

Penyebab kanker pada saluran cerna bagian bawah tidak diketahui secara pasti. Polip dan ulserasi colitis kronis dapat berubah menjadi ganas tetapi dianggap bukan sebagai penyebab langsung. Asam empedu dapat berperan sebagai karsinogen yang mungkin berada di kolon. Hipotesa penyebab yang lain adalah meningkatnya penggunaan lemak yang bisa menyebabkan kanker kolorektal.

Tumor-tumor pada sekum dan kolon asendens merupakan lesi yang pada umumnya berkembang dari polip yang meluas ke lumen, kemudian menembus dinding kolon dan jaringan sekitarnya. Penyebaran tumor terjadi secara limfogenik, hematogenik atau anak sebar. Hati, peritonium dan organ lain mungkin dapat terkena.

Menurut P. Deyle perkembangan karsinoma kolorektal dibagi atas 3 fase. Fase pertama ialah fase karsinogen yang bersifat rangsangan, proses ini berjalan lama sampai puluhan tahun. Fase kedua adalah fase pertumbuhan tumor tetapi belum menimbulkan keluhan (asimtomatis) yang berlangsung bertahun-tahun juga. Kemudian fase ketiga dengan timbulnya keluhan dan gejala yang nyata. Karena keluhan dan gejala tersebut berlangsung perlahan-lahan dan tidak sering, penderita umumnya merasa terbiasa dan menganggap enteng saja sehingga penderita biasanya datang berobat dalam stadium lanjut.

D.       Gambaran Klinis

Semua karsinoma kolorektal dapat menyebabkan ulserasi, perdarahan, obstruksi bila membesar atau invasi menembus dinding usus dan kelenjar-kelenjar regional. Kadang-kadang bisa terjadi perforasi dan menimbulkan abses dalam peritoneum. Keluhan dan gejala sangat tergantung dari besarnya tumor.

Tumor pada sekum dan kolon asendens dapat tumbuh sampai besar sebelum menimbulkan tanda-tanda obstruksi karena lumennya lebih besar daripada kolon desendens dan juga karena dindingnya lebih mudah melebar. Perdarahan biasanya sedikit atau tersamar. Bila karsinoma sekum menembus ke daerah ileum akan terjadi obstruksi usus halus dengan pelebaran bagian proksimal dan timbul nausea atau vomitus. Harus dibedakan dengan karsinoma pada kolon desendens yang lebih cepat menimbulkan obstruksi sehingga terjadi obstipasi.

E.        Diagnosis Banding
1.      Kolitis ulserosa
2.      Penyakit Chron
3.      Kolitis karena amuba atau shigella
4.      Kolitis iskemik pada lansia
5.      Divertikel kolon

F.        Prosedur Diagnostik

Untuk menegakkan diagnosa yang tepat diperlukan:

1.      Anamnesis yang teliti, meliputi:

§  Perubahan pola/kebiasaan defekasi baik berupa diare maupun konstipasi (change of bowel habit)

§  Perdarahan per anum

§  Penurunan berat badan
§  Faktor predisposisi:
o   Riwayat kanker dalam keluarga
o   Riwayat polip usus
o   Riwayat kolitis ulserosa
o   Riwayat kanker pada organ lain (payudara/ovarium)
o   Uretero-sigmoidostomi
o   Kebiasaan makan (tinggi lemak rendah serat)

2.      Pemeriksaan fisik dengan perhatian pada:

§  Status gizi

§  Anemia

§  Benjolan/massa di abdomen
§  Nyeri tekan
§  Pembesaran kelenjar limfe
§  Pembesaran hati/limpa
§  Colok rektum(rectal toucher)

3.      Pemeriksaan laboratorium

4.      Pemeriksaan radiologis

5.      Endoskopi dan biopsi

6.      Ultrasonografi

Uraian tentang prosedur diagostik dijelaskan lebih lanjut dalam fokus pengkajian keperawatan.

G.       Pengobatan

Pengobatan pada stadium dini memberikan hasil yang baik.
1.   Pilihan utama adalah pembedahan
2.   Radiasi pasca bedah diberikan jika:
a. sel karsinoma telah menembus tunika muskularis propria
b. ada metastasis ke kelenjar limfe regional
c.    masih ada sisa-sisa sel karsinoma yang tertinggal tetapi belum ada metastasis jauh.
(Radiasi pra bedah hanya diberikan pada karsinoma rektum).
3.   Obat sitostatika diberikan bila:
a. inoperabel
b. operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah menembus tunika muskularis propria atau telah dioperasi kemudian residif kembali.
Obat yang dianjurkan pada penderita yang operabel pasca bedah adalah:
1.   Fluoro-Uracil 13,5 mg/kg BB/hari intravena selama 5 hari berturut-turut. Pemberian berikutnya pada hari ke-36 (siklus sekali 5 minggu) dengan total 6 siklus.
2.   Futraful 3-4 kali 200 mg/hari per os selama 6 bulan
3.   Terapi kombinasi (Vincristin + FU + Mthyl CCNU)
Pada penderita inoperabel pemberian sitostatika sama dengan kasus operabel hanya lamanya pemberian tidak terbatas selama obat masih efektif. Selama pemberian, harus diawasi kadar Hb, leukosit dan trombosit darah.Pada stadium lanjut obat sitostatika tidak meberikan hasil yang memuaskan.

 II.          FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN

 A.       Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:

Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:

1.         Aktivitas/istirahat:
Gejala:
-       Kelemahan, kelelahan/keletihan
-       Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari.
-       Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.

2.         Sirkulasi:
Gejala:
-   Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas
Tanda:
-       Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.

3.         Integritas ego:
Gejala:
-       Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (merokok, minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan religius/spiritual)
-       Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat, pembedahan)
-       Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda:
-       Menyangkal, menarik diri, marah.

4.         Eliminasi:
Gejala:
-       Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi
Tanda:
-       Perubahan bising usus, distensi abdomen
-       Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah

5.         Makanan/cairan:
Gejala:
-       Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat aditif dan bahan pengawet)
-       Anoreksia, mual, muntah
-       Intoleransi makanan
Tanda:
-       Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot

6.         Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:
-       Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung proses penyakit

7.         Keamanan:
Gejala:
-       Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.
Tanda:
-       Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia

8.         Interaksi sosial
Gejala:
-       Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)
-       Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

9.         Penyuluhan/pembelajaran:
-       Riwayat kanker dalam keluarga
-       Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya
-       Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.
-       Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari

 


B.        Tes Diagnostik

Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:
Jenis Pemeriksaan
Tujuan/Interpretasi Hasil

1.   Pemeriksaan laboratorium:

§  Tinja

 

§  CEA (Carcino-embryonic anti-gen)

 





2.   Pemeriksaan radiologis




3.   Endoskopi dan biopsi





4.   Ultrasonografi




Untuk mengetahui adanya darah dalam tinja (makroskopis/mikroskopis)
Kurang bermakna untuk diagnosis awal karena hasilnya yang tidak spesifik serta dapat terjadi psoitif/negatif palsu tetapi bermanfaat dalam mengevaluasi dampak terapi dan kemungkinan residif atau metastase.

Perlu dikerjakan dengan cara kontras ganda (double contrast) untuk melihat gambaran lesi secara radiologis.

Endoskopi dengan fiberscope untuk melihat kelainan struktur dari rektum sampai sekum. Biopsi diperlukan untuk menentukan jenis tumor secara patologi-anatomis.

Diperlukan untuk mengtahui adanya metastasis ke hati.



C.       Prioritas Keperawatan

1.   Dukungan proses adaptasi dan kemandirian
2.   Meningkatkan kenyamanan
3.   Mempertahankan fungsi fisiologis optimal
4.   Mencegah komplikasi
5.   Memberikan informasi tentang penyakit, perawatan dan kebutuhan terapi.


III.    DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.         Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
§  Peningkatan bunyi usus/peristaltik
§  Peningkatan defekasi cair
§  Perubahan warna feses
§  Nyeri/kram abdomen
2.         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
§  Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot buruk
§  Peningkatan bunyi usus
§  Konjungtiva dan membran mukosa pucat
§  Mual, muntah, diare
3.         Ansietas (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman perubahan status kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola interaksi) dan rangsang simpatis (proses neoplasma)
Ditandai dengan:
§  Eksaserbasi penyakit tahap akut
§  Penigkatan ketegangan, distres, ketakutan
§  Iritabel
§  Fokus perhatian menyempit
4.         Koping individu tak efektif b/d intensitas dan pengulangan stesor melampaui ambang adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian, kerentanan individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak adekuat)
Ditandai dengan:
§  Menyatakan ketidakmampuan menghadapi masalah, putus asa, ansietas
§  Menyatakan diri tidak berharga
§  Depresi dan ketergantungan
5.         Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.
Ditandai dengan:
§  Mengajukan pertanyaan, meminta informasi atau kesalahan pernyataan konsep
§  Tidak akurat mengikuti instruksi
§  Terjadi komplikasi/eksaserbasi yang dapat dicegah

IV.    INTERVENSI KEPERAWATAN


1.         Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus.

INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL

1.   Bantu kebutuhan defekasi (bila tirah baring siapkan alat yang diperlukan dekat tempat tidur, pasang tirai dan segera buang feses setelah defekasi).

2.   Tingkatkan/pertahankan asupan cairan per oral.

3.   Ajarkan tentang makanan-minuman yang dapat memperburuk/mencetus-kan diare.


4.   Observasi dan catat frekuensi defekasi, volume dan karakteristik feses.

5.   Observasi demam, takikardia, letargi, leukositosis, penurunan protein serum, ansietas dan kelesuan.

6.   Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai program terapi (antibiotika, antikolinergik, kortikosteroid).




Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa tanda sehingga perlu diantisipasi dengan menyiapkan keperluan klien.


Mencegah timbulnya maslah kekurangan cairan.

Membantu klien menghindari agen pencetus diare.



Menilai perkembangan maslah.


Mengantisipasi tanda-tanda bahaya perforasi dan peritonitis yang memerlukan tindakan kedaruratan.

Antibiotika untuk membunuh/menghambat pertumbuhan agen patogen biologik, antikolinergik untuk menurunkan peristaltik usus dan menurunkan sekresi digestif, kortikosteroid untuk menurunkan proses inflamasi.



2.         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.

INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL

1.   Pertahankan tirah baring selama fase akut/pasca terapi


2.   Bantu perawatan kebersihan rongga mulut (oral hygiene).

3.   Berikan diet TKTP, sajikan dalam bentuk yang sesuai perkembangan kesehatan klien (lunak, bubur kasar, nasi biasa)

4.   Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (roborantia)



5.   Bila perlu, kolaborasi pemberian nutrisi parenteral.



Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.

Meningkatkan kenyamanan dan selera makan.

Asupan kalori dan protein tinggi perlu diberikan untuk mengimbangi status hipermetabolisme klien keganasan.


Pemberian preparat zat besi dan vitamin B12 dapat mencegah anemia; pemberian asam folat mungkin perlu untuk mengatasi defisiensi karen amalbasorbsi.

Pemberian peroral mungkin dihentikan sementara untuk mengistirahatkan saluran cerna.



3.         Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman perubahan status kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola interaksi) dan rangsang simpatis (proses neoplasma).

INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL

1.   Orientasikan klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.



2.   Eksplorasi kecemasan klien dan berikan umpan balik.


3.   Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang lazim dialami oleh banyak orang dalam situasi klien saat ini.

4.   Ijinkan klien ditemani keluarga (significant others) selama fase kecemasan dan pertahankan ketenangan lingkungan.

5.   Kolaborasi pemberian obat sedatif.


6.   Pantau dan catat respon verbal dan non verbal klien yang menunjukan kecemasan.


Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien dapat menurunkan kecemasan/rasa asing terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi.

Mengidentifikasi faktor pencetus/pemberat masalah kecemasan dan menawarkan solusi yang dapat dilakukan klien.

Menunjukkan bahwa kecemasan adalah wajar dan tidak hanya dialami oleh klien satu-satunya dengan harapan klien dapat memahami dan menerima keadaanya.

Memobilisasi sistem pendukung, mencegah perasaan terisolasi dan menurunkan kecemsan.


Menurunkan kecemasan, memudahkan istirahat.

Menilai perkembangan masalah klien.



4.         Koping individu tak efektif (koping menyangkal/defensif/depresi/agresi) b/d intensitas dan pengulangan stesor melampaui ambang adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian, kerentanan individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak adekuat).

INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL

1.   Bantu klien mengembangkan strategi pemecahan masalah yang sesuai didasarkan pada kekuatan pribadi dan pengalamannya.

2.   Mobilisasi dukungan emosional dari orang lain (keluarga, teman, tokoh agama, penderita kanker lainnya)

3.   Kolaborasi terapi medis/keperawatan psikiatri bila klien mengalami depresi/agresi yang ekstrim.


4.   Kaji fase penolakan-penerimaan klien terhadap penyakitnya (sesuai teori Kubler-Ross)


Penderita kanker tahap dini dapat hidup survive dengan mengikuti  program terapi yang tepat dan dengan pengaturan diet dan aktivitas yang sesuai

Dukungan SO dapat membantu meningkatkan spirit klien untuk mengikuti program terapi.

Terapi psikiatri mungkin diperlukan pada keadaan depresi/agresi yang berat dan lama sehingga dapat memperburuk keadaan kesehatan klien.

Menilai perkembangan masalah klien.




5.         Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.

INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL

1.   Kaji tingkat pengetahuan klien/orang terdekat dan kemampuan/kesiapan  belajar klien.

2.   Jelaskan tentang proses penyakit, penyebab/faktor risiko, dan dampak penyakit terhadap perubahan status kesehatan-sosio-ekonomi, fungsi-peran dan pola interaksi sosial klien.

3.   Jelaskan tentang terapi pembedahan, radiasi dan kemoterapi serta efek samping yang dapat terjadi

4.   Tekankan pentingnya mempertahan-kan asupan nutrisi dan cairan yang adekuat.

Proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental klien.


Meningkatkan pengetahuan klien tentang masalah yang dialaminya.




Meningkatkan partisipasi dan kemandirian klien untuk mengikuti program terapi.


Penderita kanker yang mengikuti program terapi yang tepat dengan status gizi yang adekuat meningkatkan kualitas hidupnya. 


 

 
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta